Mohon tunggu...
Donny Candra
Donny Candra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengulang Sejarah

10 November 2016   00:28 Diperbarui: 10 November 2016   01:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya tiba juga hari dimana aku harus pergi dan meninggalkan beliau. Sebelum aku pergi, aku berpamitan dengan beliau dan keluarganya. Ia sama bersyukurnya denganku karena dengan dengan adanya aku disana, kami dapat bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai berbagai hal yang hebat. Sampai akhirnya sebuah pernyataan keluar dari dirinya.

“ Soekarni, akhirnya bapak tahu nama yang cocok untuk anak bapak kelak. Bapak ingin anak bapak menjadi orang yang berwawasan luas, dapat berguna bagi bangsa dan dapat menjadi orang yang berpengaruh  suatu saat nanti. Bapak akan menamakannya Soekrani, apakah kamu memperbolehkannya?”

Mendengar hal tersebut, air mata langsung mengalir membasahi pipiku. Aku memeperbolehkan beliau memakai nama tersebut dania pun memelukku. Sungguh, itu adalah kasih seorang ayah yang sudah lama kurindukan.

Setelah berpisah, akupun berjalan beberapa saat dan mulai mengatur jamku. Kali ini aku akan memastikan bahwa tidak ada kesalahan dan semua dapat berjalan sesuai rencanaku untuk menghentikan pihak Amerika melanggar perjanjian perdamaian.

Singkat cerita, aku berhasil sampai zona waktu yang kuinginkan. 13 September 2022. Aku memutuskan untuk mengundurkan waktunya setahun karena aku berpikir bahwa rencanaku butuh beberapa persiapan. Setelah berhasil beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjalankan rencanaku. Aku akan ikut dalam keanggotaan PBB dan mengawasi pihak Amerika dengan mata kepalaku sendiri.

Dengan pengetahuan yang kumiliki, tak butuh waktu yang lama untukku masuk kedalam PBB. Aku dapat mengawasi gerak –gerik pihak Amerika. Saat yang kunantikan tiba juga. Mereka akan menaruh rudal di wilayah Russia. Dengan sigap, aku melaporkan aksi itu kepada atasanku agar PBB dapat segera bertindak dan mencegah hal itu terjadi. Benar saja, atasanku langsung menghubungi bos besar agar pihak Amerika menaruh rudal tersebut ditempat lain. Ditempat yang disediakan PBB.

“Rencanaku berhasil.” Itu lah apa yang ada dipikiranku. Tugasku telah selesai. Aku telah melakukan hal besar yang dapat menyelamatkan miliaran nyawa tak bersalah. Dan yang paling penting, aku telah mewujudkan mimpi ayahku. Saatnya aku untuk pulang dan kembali menjalani kehidupan normalku yang aku yakin akan menjadi lebih baik.

Aku pun mengundurkan diri dari PBB beberapa bulan setelah peristiwa tersebut dan kembali pulang ke zona waktuku.

Sampai dirumah, aku sangat bahagia. Aku melihat masa depan yang sangat berbeda dari apa yang aku ingat terakhir kali. Sudah tak ada lagi yang namanya peperangan. Dunia tentram dan orang dapat hidup dengan bahagia. Ayahku juga masih hidup dan ia tak pernah membuat mesin waktu tersebut.

Aku telah menyelamatkan dunia dengan menciptakan sebuah garis waktu dimana perang dunia ketiga tidak ada. Setidaknya tidak untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan. Dari perjalananku, aku mempelajari hal yang sangat penting. Bahwa kita semua terlahir dan ditakdirkan  menjadi seseorang  yang berpengaruh. Kita terlahir untuk membuat perbedaan agar kelak masa depan dapat menjadi semkain baik.

Mungkin, beberapa dari kalian juga berpikir kalau ayahku tak pernah menciptakan mesin waktu, bagaimana aku dapat melakukan semua hal tersebut? Apakah aku telah menciptakan sebuah paradoks? Biar kujawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun