Mohon tunggu...
donny mario
donny mario Mohon Tunggu... mahasiswa -

Accounting student at Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Self- Interest to write about Financing, Accounting and Tax, and try to mix them with football. Made a writing as a hobby to show my mind. Openly minded to write movie review .

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pelajaran Mengenai Kolaborasi dalam Korporat dari Strategi Tiki - Taka

5 April 2017   16:54 Diperbarui: 6 April 2017   00:30 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang pemimpin di sebuah perusahaan dengan jumlah karyawan yang banyak, tidak terlalu sulit untuk membantu para karyawan yang dimiliki mengembangkan common vision mereka. Dalam praktiknya kurang dari 10% perusahaan yang menanamkan common vision kepada karyawannya. Rata- rata perusahan hanya menanamkan visi perusahaan dan berharap visi tersebut dapat diaplikasikan dengan baik oleh karyawannya.

2. Merancang peran yang bersifat fleksibel. 

Di era 1970an setiap strategi sepak bola hanya terdiri dari kiper, pemain bertahan, gelandang, dan penyerang. Seiring dengan perkembangan zaman, setiap pemain bola dituntut untuk menguasai banyak role dalam setiap formasi yang dimainkan oleh timnya. Saat ini kita sudah biasa melihat seorang kiper yang memiliki peran hampir sama seperti yang dimiliki oleh seorang pemain bertahan. Dirinya dituntut untuk dapat bertahan dengan menggunakan kakinya serta meng-cut bola saat pemain bertahan berada di garis pertahanan yang tinggi. Selain itu seorang penyerang (forward) memiliki visi bermain untuk membuka ruang serangan, mengatur tempo permainan hingga mencetak gol. Intinya saat ini para pemain memiliki roles untuk saling melengkapi antar pemain.

Hal yang kontras terjadi didalam perusahaan. Saat ini masih banyak kita temukan contoh masing- masing departement bekerja secara independen. Departemen produksi akan menyalahkan departemen marketing apabila tingkat penjualan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Namun dengan berkembangnya kompetisi didalam pasar, setiap departemen diharapkan bekerja secara sinergis. Diperlukan kesadaran manajer untuk menyadari bahwa kompetitor mereka sebenenrya adalah perusahan lain, bukan departemen sesama dalam sesama perusahaan.

3. Memimpin sebagai guru, bukan bos. 

Di era kepelatihan modern, para pelatih lebih menempatkan diri mereka sebagai guru dan mentor kepada pemain mereka. Oleh karena itu kita dapat melihat sebagian contoh pelatih memiliki hubungan erat dengan pemainnya. Pelatih- pelatih top seperti Pep Guardiola, Juergen Klopp, Zidane, Tuchel adalah sebagian pelatih yang dikenal memiliki kedekatan dengan pemain asuhan mereka. Metode kerja secara metodis dan kaku seperti yang diterapkan Louis Van Gaal ataupun Felix Magaath mulai ditinggalkan.


Perusahaan modern memiliki para manager yang bertindak sebagai leader dan mentor bagi karyawannya sehingga jarak antar karyawan dan manager seakan hilang. Seorang manager perlu bertindak layaknya pemimpin ekspedisi dimana ia perlu memiliki kepedulian terhadap karyawannya dan memberikan support sehingga mereka memiliki motivasi untuk meningkatkan produktivitas mereka.


4. Membuat tujuan bersama.

Dulu, setiap pemain diberikan bonus atas setiap gol yang mereka hasilkan. Namun kebanyakan pelatih modern mengubah sistem tersebut, karena dianggap akan membuat pemain terinsentif untuk menendang ke gawang tanpa memperhatikan opportunity cost yang dimiliki timnya. Saat ini kebanyakan pemain akan mendapatkan bonus sesuai dengan kebijakan masing- masing tim. Kebijakan tersebut dibuat atas keputusan bersama dari pemain dan pelatih berdasarkan strategi yang dimiliki. Bonus tersebut akan diberikan kepada tim secara keseluruhan bukan kepada pemain secara individu. Hal ini dianggap adil karena sebagai sebuah tim mereka menang bersama dan kalah bersama.

Hal ini berlawanan dengan yang diterapkan oleh perusahaan. Perusahaan masih menerapkan pemberian insentif atau award kepada individu berdasrkan performa mereka didalam melakukan pekerjaan. Dinilai berlawanan karena setiap karyawan berada dalam sebuah tim kerja. Ini yang membuat setiap karyawan memiliki bonus yang berbeda- beda. Dampaknya adalah manager kesulitan untuk membuat target secara kolektif,. Selain itu mereka akan menentukan target yang rendah, sehingga diharapkan dapat mencapai target dengan mudah. Sehingga performa perusahaan di bawah potensi sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun