Untuk beberapa hal, kita bisa bersyukur karena Indonesia semakin mandiri. Kita tidak berbelanja impor bahan pangan lagi. Kita semakin mandiri mengelola tambang-tambang kita. Kita membangun wilayah Indonesia lebih merata, membuka banyak lahan, ruang untuk pertumbuhan dalam jangka panjang, 20, 30 tahun ke depan. Indonesia tidak terikat dengan ekonomi Amerika Serikat.
Ya, mungkin akan terjadi perubahan drastis juga. Kita tidak lagi bisa memanfaatkan Facebook ini, misalnya. Atau YouTube, atau Microsoft. Semua produk dari Amerika mungkin akan berubah dengan cara tertentu. Mungkin juga akan menjadi terlalu mahal untuk dipakai. Dunia medsos kita bergeser, dan ini membuka peluang bagi programmer Indonesia membuat pengganti produk Amerika Serikat.
Saya duga, kepercayaan dunia kepada USD runtuh, maka US Dollar tidak lagi menjadi mata uang cadangan devisa. Tapi kita lihat Eurozone juga sama berantakannya, malah lebih parah. Jadi juga tidak memakai mata uang Euro. Apa penggantinya? Entah. Mungkin dunia akan berunding dan memilih.
Mungkin, dunia menyadari bagaimana bahayanya semua terikat pada satu mata uang, oleh negara yang dianggap terlalu tinggi, super power seperti Amerika Serikat. Maka dunia mungkin akan melakukan de-globalisasi. Beberapa negara mengalami keruntuhan, dan mungkin menggabungkan diri dengan negara tetangganya. Entahlah, itu adalah solusi, bukan?
Penentunya kembali pada produktivitas, apa yang benar-benar dihasilkan, apa  yang sungguhan bernilai, bukan karena estimasi yang berlebihan, bukan karena ekspektasi tanpa dasar, hanya oleh program pemasaran yang memanipulasi.Â
Ini adalah masalah dunia saat ini, yang sangat kronis. Sangat bergantung pada propaganda dan keyakinan-keyakinan tanpa dasar, seperti kekuatan ekonomi Amerika Serikat.
Kita ada di persimpangan jalan.
14 Juli 2022
Donny A. Wiguna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H