Mohon tunggu...
Donny Adi Wiguna ST MA CFP
Donny Adi Wiguna ST MA CFP Mohon Tunggu... Konsultan - CERTIFIED FINANCIAL PLANNER, Theolog, IT Consultant, Photographer, dan Guru bikin Kue dan Roti

Konsultan Perencana Keuangan di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komunis Sudah Mati, Kok!

8 Februari 2018   08:44 Diperbarui: 8 Februari 2018   09:06 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak heran, para tokoh komunis dimulai dari Karl Marx mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat. Orang yang beragama tidak lagi dapat berpikir lurus dan kritis, mereka sudah dicuci otak untuk berusaha menjadi saleh dan sempurna. Hanya begitulah caranya mereka bisa bangkit dari kemiskinan, yaitu dengan patuh dan setia mengikuti peraturan. Agama jadi candu! Tidak lagi bisa dipikirkan, tidak boleh dikritik!

Komunisme timbul sebagai reaksi atas segala penindasan ini. Tidak boleh lagi aset, kemampuan produksi berikut hasil-hasilnya jadi milik segelintir orang kaya dan imam gereja. Mereka seperti gelombang belalang, menghabisi segalanya. Ada Lenin, Stalin di Uni Sovyet. Ada Mao Tse Tung di Tiongkok, menjalankan revolusi China.

Gelombang komunisme segera menjadi kekuatan yang berebut pengaruh di dunia, dan berperang dingin dengan kapitalisme yang dikomandoi oleh Amerika Serikat. Indonesia di jaman Bung Karno mulai condong pada blok Timur, karena di Indonesia ada Pancasila. Di sini tidak ada masalah dengan ajaran agama yang menjadi candu, tidak ada orang kaya yang menguasai semua sumber harta. Yang kurang di Indonesia adalah kecerdasan dan kemampuan produksi; tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlalu lama bangsa ini dijajah sehingga kehilangan kecerdasannya. Bung Karno tidak suka dengan kapitalisme yang mengikuti imperialisme dunia Barat ke Timur.

Tapi, komunisme sendiri juga mempunyai kejahatannya, manipulasi, korupsi besar-besaran. Banyak propaganda komunis yang didasarkan pada dusta, bohong. Komunisme adalah cara hidup yang dimulai dari kebencian, maka membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan yang berangkat dari benci. Karena membenci individu yang kaya, komunisme membenci semua individu, dan mengharuskan segala sesuatu dibagi bersama. Karena membenci agama maka tidak ada lagi etika, selain mencapai tujuan komunal.

Komunisme mati karena memang salah, karena terlalu banyak dusta, terlalu banyak kekejamannya. Ideologi itu tidak lagi dapat hidup di dunia yang lebih terbuka, di mana manipulasi lebih jelas diketahui. Jelas terlihat.

Di Indonesia, kematian komunis dilakukan dengan cepat dan keras, lewat pembunuhan karakter, dan pembunuhan banyak orang. Yang tertarik dengan paham komunis dianggap pembawa penyakit yang amat sangat berbahaya. Apakah pandangan manusia bisa seragam? Tidak. Bukan suatu penyakit yang menular dan membahayakan nyawa dengan cara yang sama. Tiap orang memahami secara berbeda, juga bereaksi secara berbeda. Tapi, siapapun yang dahulu "tersentuh" dengan PKI, dianggap sama semua bahayanya. Benar-benar sama rata sama rasa, manusia yang harus dibinasakan karena terafiliasi dengan PKI.

Komunisme mati dengan tenang di Uni Sovyet yang berakhir, terpecah jadi sejumlah negara lebih kecil. Di China, komunisme berubah total menjadi sesuatu yang lebih khas China, yang terus menjadi mesin ekonomi dunia. Di Indonesia....?

Setelah sekian banyak orang mati, masih berpikir bahwa komunisme ada mengancam? Astaga.

Rasanya, justru yang terlihat adalah orang-orang yang tidak berpikir dengan benar, karena mereka kecanduan agama. Silakan direnungkan, apakah yang sebenarnya harus kita waspadai?

Donny A. Wiguna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun