Mohon tunggu...
Donni Hadi Waluyo
Donni Hadi Waluyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - FM BI Institute

Suami dan Ayah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dengan Menelaah Pertanyaan Dilematis

31 Oktober 2024   10:15 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pembahasan tentang moralitas dan kemahakuasaan Tuhan mengajak kita untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dilema Euthyphro dan Paradoks Kemahakuasaan menunjukkan betapa pentingnya logika dalam menyusun argumen, menguji asumsi, dan mempertimbangkan pandangan dari berbagai sudut sebelum mengambil kesimpulan. Menggali pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah sekadar permainan logika; ini adalah upaya untuk memahami dasar dari apa yang kita anggap benar dan baik serta cara kita memandang kekuatan dan kehendak Tuhan.

Pemahaman yang lebih mendalam ini juga membantu kita menghargai kompleksitas konsep moralitas dan kemahakuasaan dalam konteks ketuhanan. Tulisan ini memberikan panduan bagi siapa saja yang ingin mengasah keterampilan berpikir kritis ketika menghadapi pertanyaan mendasar dan kompleks tentang Tuhan dan moralitas. Dengan keterampilan berpikir kritis, kita belajar mendekati masalah-masalah ini dengan pemahaman yang komprehensif, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan membangun pemahaman yang kokoh dalam pencarian kebenaran.

Penelaahan terhadap pertanyaan dilematis seperti Dilema Euthyphro dan Paradoks Kemahakuasaan memungkinkan kita untuk mengembangkan pola pikir yang siap menghadapi konsep-konsep berlapis dan penuh ketidakpastian. Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita memahami sudut pandang yang berbeda tentang moralitas dan kekuasaan Tuhan, sembari menggali logika di balik keyakinan kita akan kebaikan, kemahakuasaan, dan hakikat Tuhan.

Melalui proses berpikir kritis ini, kita belajar untuk tidak sekadar menerima jawaban tunggal, tetapi mempertimbangkan berbagai kemungkinan alternatif, menguji asumsi, dan menggabungkan logika dengan pemahaman teologis yang mendalam. Pertanyaan dilematis ini berfungsi sebagai wahana, bukan hanya untuk melatih logika tetapi juga untuk memahami kepercayaan kita secara komprehensif dan konsisten. Dengan keterampilan berpikir kritis yang terasah, kita menjadi lebih bijak dalam menghadapi konsep-konsep metafisik yang kompleks, memperkaya pemahaman kita tentang moralitas, dan mendekati topik spiritual dengan ketajaman pikiran dan kesadaran yang lebih mendalam. (dhw)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun