Mohon tunggu...
doni to
doni to Mohon Tunggu... -

yeng penting hepi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku, Pegawai Kelurahan dan Prinsip Ekonomi

9 Juni 2013   12:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:18 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kamu bisa menghasilkan 100rb dalam sehari, dan ada orang yang mau menggantikan posisimu hanya dengan dibayar 50rb, maka sesuai dengan prinsip ekonomi lebih baik kita bayar orang itu 50rb dan kita masih untung 50rb.

Alhasil aku serahkan uang 50rb itu kepada seorang pegawai kelurahan yg menurutku sudah terlalu tua untuk menjadi PNS (mungkin dia pensiunan pikirku atau mukanya yang terlalu tua untuk umurnya? ah sudahlah....) untuk menguruskan surat yg bagiku cukup ribet pengurusannya. Entah kenapa kali ini aku males mengurus surat sendiri, gapapalah sekali-kali merasakan jadi boss yang suka nyuruh2 orang..... tua lagi....

"hari jumat jadinya ya mas "

"nggih pak mboten nopo-nopo" (iya pak gak papa, maklum ngomong sama orang tua harus kromo inggil)

JUM'AT PAGI

Datang ke kelurahan dengan sedikit flu di badan dan secara kebetulan berpapasan dengan bapak pegawai kelurahan di depan pintu keluar.

"Wah mas, mau tak antarkan sendiri tadi kerumah, ternyata kesini."

"Iya pak gak apa apa, wong masih pagi juga, lagian pekerjaan saya belum mulai"

"Silahkan duduk mas, ini surat2nya sudah jadi (dibungkus amplop disteples)

Langsung saja surat itu aku masukan kedalam tas yang kubawa tanpa membukanya,  sembari diberi penjelasan gimana, atau bagaimana menggunakan surat2 itu untuk keperluanku. setelah panjang lebar diberi penjelasan, kurasa sudah cukup dan waktunya minta pamit.

"Eh mas dibuka dulu amplopnya, sekalian dicek"

"Oh iya pak"

Lalu kubuka amplop itu dengan perlahan2, Jreng Jreng !!!!!! (fitri tropika mode :on, jaman dulu masih ngetren)

Ada 5 lembar surat yang terlampir, ku cek nama ku tertera di surat itu namun dengan tulisan yg sedikit berbeda

Untuk diketahui namaku yg benar adalah Doni Tomari (disamarkan)

Lembar pertama   : selembar kertas atas nama Dino tomari

Lembar kedua       : selembar kertas atas nama Doni tamari

Lembar ketiga       : selembar kertas atas nama Dino tomari

Lembar keempat  : Selembar kertas atas nama (lagi lagi atas nama Dino Tomari)

Aku mengernyitkan dahi sedikit berpikir, apa KTP yg kulampirkan namanya salah, kucek dengan seksama ktpku "DONI TOMARI"

Benar, Heran aku..

Akhirnya........

Lembar Kelima : Selembar kertas atas nama "Doni Tomari"

Alhamdulillah ada juga yang benar ( Tapi dengan Sedikit stipo yg muat untuk satu huruf sebelum huruf "i" di kata "Tomari")

Ah sudahlah.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun