Mohon tunggu...
Doni Pratama
Doni Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Menulis untuk meninggalkan jejak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertanggung Jawab Atas Klaim Adanya Tuhan

4 April 2023   11:41 Diperbarui: 4 April 2023   11:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentunya berbagai argumen al-Kindi ini selaras dengan kenyataan bahwa alam ini tercipta karena sebuah ketetapan. Maka sebagai sebuah manifestasi dari ketetapan, tentu alam juga tidak sempurna dan mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika kemudian dibalik ketetapan dan ketidaksempurnaannya, ada yang menciptakan. Yang menciptakan itu pasti bersifat sempurna, kekal, dan tidak mungkin diciptakan juga oleh siapa pun.

 Tuhan sebagai yang sempurna pastinya juga tidak bisa dipahami dengan dangkal. Sejatinya al-Kindi berpendapat bahwa untuk benar-benar memahami Tuhan adalah mustahil dengan menggunakan akal. 

Kemudian pendapat itu dikembangkan dengan pendapat bahwa satu-satunya sifat Tuhan yang dapat disebut secara positif adalah mengenai keEsaanNya. Selain itu sifat Tuhan harus dinegasikan, seperti contoh; Tuhan tidak makan, Tuhan tidak beranak, Tuhan tidak belajar. Itulah yang kemudian membawa al-Kindi untuk berpendapat bahwa apa pun yang kita pikirkan tentang Tuhan, kecuali Esa dan dengan menegasikan sifatNya, adalah salah.

 Begitu lah kiranya sekelumit dalil mengenai keberadaan Tuhan yang coba dikupas oleh al-Kindi. Sekaligus ini menjadi sebuah ajang refleksi bahwa ujung dari dahaga intelektual filosofis adalah Tuhan, Sang Maha Misteri. Sejatinya tulisan ini ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban rasional atas keimanan kita terhadap keberadaan Tuhan. Bukan untuk bermaksud menggugatnya atau melegitimasi argumen ateisme. Untuk menutup tulisan ini tidak ada yang lebih pantas untuk memberikan kesimpulan mengenai Tuhan sebagai Satu yang sejati atau Esa, kecuali sang pemikir itu sendiri, al-Kindi: 

Karena apa yang hendak kami terangkan mengenai distingsi mengenai "satu" telah jelas---untuk menunjukkan "Satu yang sejati", Sang Pemberi, Sang Pencipta, Yang Perkasa, Yang Menggenggam (semuanya); sementara "satu" metaphor adalah, (satu) melalui pemberian "Satu yang sejati", Maha Agung dan Maha Luhur ketimbang sifat-sifat menyimpang. Sekarang mari kita genapkan bagian ini dan mengikutinya dengan iringan alami, dengan bimbingan Ia yang memiliki Kuasa Mutlak dan Potensi Sempurna, serta Kemurahan Melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun