Mohon tunggu...
Doni Pratama
Doni Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Menulis untuk meninggalkan jejak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertanggung Jawab Atas Klaim Adanya Tuhan

4 April 2023   11:41 Diperbarui: 4 April 2023   11:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dewasa ini, dalam kehidupan sosial yang serba cepat tentu pemikiran manusia juga semakin menuntut rasionalitas. Tidak terkecuali tentunya menyinggung hal-hal spiritual. Salah satu yang kerap menjadi pertanyaan bahkan perdebatan adalah mengenai ada tidaknya Tuhan dan argumen pendukungnya. Pertanyaan semacam ini, tentu menarik bila kita coba analisis menggunakan Filsafat agar jawabannya pun masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Sebab filsafat dan agama (khususnya Islam) sama-sama bermuara pada kebenaran. 

Salah satu argumen yang menarik mengenai argumen keberadaan Tuhan adalah apa yang dibahas dari seorang filsuf bernama al-Kindi. Pemikiran tersebut tertuang di dalam suatu naskah, yang ia tujukan kepada khalifah mu'tashim, yaitu Al-Falsafah Al-Ula atau Filsafat Pertama. Naskah tersebut berbicara tentang sebab pertama atau sebab dari setiap kebenaran. 

Lebih spesifik, al-Kindi berusaha untuk membangun sebuah pondasi untuk membuktikan keberadaan sebab pertama yaitu Tuhan, dengan dalil akal. Untuk menerangkan permasalahan itu, pendapatnya adalah dengan memberi sekat untuk membedakan berbagai wujud benda yang memiliki kesesuaian dengan perasaan dan akal. Kemudian dijelaskan lagi bahwa manusia itu memiliki dua wujud yang disebut cita dan keharusan konsep. 

Cita yang dimaksud disini adalah beragam jenis dan keadaan perorangan, secara benda dan dapat digapai dengan perasaan. Kebenaran mengenai cita harus dihadapkan pada suatu keadaan akal. Dan perlu juga akal yang murni untuk memahami cita yang kekal atau Tuhan. Al-Kindi melanjutkan bahwa akal yang murni akan dapat mengetahui bahwa Tuhan adalah Esa Yang Sejati dan tidak sama dengan esa-esa di alam ini yang mengandung kejamakan. 

Keesaan Tuhan jelas tidak mengandung konotasi jamak sebab Tuhan adalah Yang Sempurna dan tidak ada wujud kecuali dengan-Nya. Kemudian al-Kindi juga memberikan tiga argumen mengenai keberadaan Tuhan, argumen tersebut yaitu: 

1. Argumen Gerak

Tuhan ada dan wajib ada dengan argumen bahwa alam ini selalu mengalami gerak. Tidak mungkin jika semua yang gerak ini tidak ada gerak yang menggerakannya. Pergerakan yang kita rasakan sekarang adalah hasil dari gerak yang digerakkan oleh gerak yang sempurna. Gerak ini kemudian berulang sampai berhenti kepada penggerak yang tidak disebabkan oleh gerak, yaitu Tuhan.

2. Argumen Keberagaman

Betapa pun kita merasa telah hidup dalam lingkup yang tidak luas, tetapi kita selalu berada dan dikelilingi oleh keberagaman. Perlu direfleksikan bahwa keberagaman tentunya bermuara kepada suatu kebersamaan. Tidak ada keberagaman tanpa kebersamaan atau kesatuan. Semua keberagaman akhirnya perlu menuju kepada kesatuan atau Yang Satu itu. Akhirnya Yang Satu itu diartikan sebagai keberadaan Tuhan.

3. Argumen keteraturan

Bagaimana mungkin kehidupan manusia dan segala pergerakan teratur di hidup ini dapat terjadi sendirinya. Terbitnya matahari dari timur dan terbenam di barat terjadi secara berulang dengan pola yang teratur. Sekali lagi dapat dikatakan bahwa itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh sang maha kuasa yaitu Tuhan yang dapat mengatur seluruh realitas dengan sedemikian rupa.

Tentunya berbagai argumen al-Kindi ini selaras dengan kenyataan bahwa alam ini tercipta karena sebuah ketetapan. Maka sebagai sebuah manifestasi dari ketetapan, tentu alam juga tidak sempurna dan mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika kemudian dibalik ketetapan dan ketidaksempurnaannya, ada yang menciptakan. Yang menciptakan itu pasti bersifat sempurna, kekal, dan tidak mungkin diciptakan juga oleh siapa pun.

 Tuhan sebagai yang sempurna pastinya juga tidak bisa dipahami dengan dangkal. Sejatinya al-Kindi berpendapat bahwa untuk benar-benar memahami Tuhan adalah mustahil dengan menggunakan akal. 

Kemudian pendapat itu dikembangkan dengan pendapat bahwa satu-satunya sifat Tuhan yang dapat disebut secara positif adalah mengenai keEsaanNya. Selain itu sifat Tuhan harus dinegasikan, seperti contoh; Tuhan tidak makan, Tuhan tidak beranak, Tuhan tidak belajar. Itulah yang kemudian membawa al-Kindi untuk berpendapat bahwa apa pun yang kita pikirkan tentang Tuhan, kecuali Esa dan dengan menegasikan sifatNya, adalah salah.

 Begitu lah kiranya sekelumit dalil mengenai keberadaan Tuhan yang coba dikupas oleh al-Kindi. Sekaligus ini menjadi sebuah ajang refleksi bahwa ujung dari dahaga intelektual filosofis adalah Tuhan, Sang Maha Misteri. Sejatinya tulisan ini ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban rasional atas keimanan kita terhadap keberadaan Tuhan. Bukan untuk bermaksud menggugatnya atau melegitimasi argumen ateisme. Untuk menutup tulisan ini tidak ada yang lebih pantas untuk memberikan kesimpulan mengenai Tuhan sebagai Satu yang sejati atau Esa, kecuali sang pemikir itu sendiri, al-Kindi: 

Karena apa yang hendak kami terangkan mengenai distingsi mengenai "satu" telah jelas---untuk menunjukkan "Satu yang sejati", Sang Pemberi, Sang Pencipta, Yang Perkasa, Yang Menggenggam (semuanya); sementara "satu" metaphor adalah, (satu) melalui pemberian "Satu yang sejati", Maha Agung dan Maha Luhur ketimbang sifat-sifat menyimpang. Sekarang mari kita genapkan bagian ini dan mengikutinya dengan iringan alami, dengan bimbingan Ia yang memiliki Kuasa Mutlak dan Potensi Sempurna, serta Kemurahan Melimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun