Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangsa Deadliner yang Merdeka dalam Semalam

19 Agustus 2017   23:08 Diperbarui: 20 Agustus 2017   09:45 1948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berbicara di dunia kerja, sedikit saja peluang seorang karyawan untuk menolak pekerjaan yang diberikan. Ketika mendapat instruksi, biasanya langsung dikerjakan tanpa tapi tanpa nanti. Begitu pula yang terjadi pada si programmer itu. Hingga ia pun harus rela tidak tidur semalam suntuk bahkan sampai esok paginya matahari menyapa.

Tentu, jika mengambil latar pekerjaan ini, akan banyak variasi pengalaman terkait timeline yang mendesak. Berbeda profesi, berbeda pula tantangan dalam menghadapi waktu yang semalam ini. Misalnya penulis, editor, reporter, auditor, dan lain-lain. Namun semuanya memiliki masalah yang sama yaitu pada timeline yang mendesak.

--

Nah, Kompasianer. Setelah membaca paparan di atas dengan tiga dimensi yang berbeda itu, apa kah kita sudah mendapat sebuah pola? Atau bahkan ada yang sudah membentuk sebuah tokoh imaji yang berkarakter dengan referensi pola tersebut?

Disampaikan sebelumnya dalam masing-masing cerita tersebut di atas, bahwa timeline menjadi fokus menarik yang kita bisa angkat. Bandung Bondowoso yang hanya memiliki waktu semalaman untuk membuat candi. Soekarno dan para pejuang lainnya, merumuskan naskah proklamasi hanya dalam waktu kurang dari 12 jam saja. Dan kita yang sebagian para pekerja ini, pernah mendapatkan pekerjaan yang deadline-nya mendadak. Sampai-sampai mengambil istilah "Proyek Bandung Bondowoso."

Meskipun demikian, kita juga perlu mengetahui, bahwa apa yang dipaparkan di atas memiliki ketidaksamaan dari sisi: tokoh, lingkungan, suasana, dan urgensi lainnya yang mengikat pada masing-masing dimensi tersebut. Ketiganya hanya memiliki kesamaan pada implementasi timeline yang tidak rapih dan kurang dikelola dengan baik.

Melalui tulisan ini, kita dibuat untuk sekedar merenungkan dan melakukan refleksi atas sebuah pola, mindset, dan berujung pada karakter bangsa yang gemar mendekati deadline. Padahal ada hal-hal yang bisa dilakukan ketika membuat timeline di awal, agar manajemen waktu tercipta dengan baik. Tujuannya supaya segala proses diperhatikan dengan baik.

Namun dengan pernyataan tersebut, muncullah excuse yang defensive, misal: justru dengan ini, kita bisa membuktikan bahwa kita mampu menyelesaikan sesuatu dalam waktu yang singkat. Atau pernyataan sanggahan lainnya yang memiliki nilai kebenaran yang relatif.

Di akhir tulisan, mari kita renungkan ini:

"72 tahun Indonesia Merdeka, Bagaimana Manajemen Waktu Berpengaruh Pada Peningkatan Kualitas Bangsa Agar Menjadi Negara yang Maju?"

(DH)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun