Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangsa Deadliner yang Merdeka dalam Semalam

19 Agustus 2017   23:08 Diperbarui: 20 Agustus 2017   09:45 1948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.nkba.ca

DIRGAHAYU KE 72 TAHUN, INDONESIA KU!

Semangat pagi! Kompasianer yang berbahagia, bagaimana dengan perayaan lomba Agustus-an yang kemarin sudah dilakukan? Meriahnya lomba-lomba yang dilaksanakan di setiap RT, RW di seluruh Indonesia membuat euforia kemerdekaan Republik Indonesia ini begitu dirasa spesial setiap tahunnya. Bahkan persiapannya pun sampai-sampai dilakukan sejak awal bulan ini oleh panitia yang sudah ditentukan sebelumnya.

Tapi, kemeriahan ini ternyata memiliki makna besar di baliknya. Selain makna perjuangan yang dilakukan pahlawan kita dahulu, ada yang lebih penting bahkan mungkin terlewatkan dari sisi waktu. Yaitu timeline kemerdekaan Republik Indonesia yang terkesan mendadak.

Mengapa ini menjadi penting? Karena dengan tanpa sadar, pola waktu dalam aktivitas sehari-hari kita ternyata memiliki kaitan erat dengan yang terjadi pada dimensi waktu selama 72 tahun atau bahkan lebih lama lagi. Maka dari itu, mari kita simak penjelasan singkat berikut ini.

Dimensi Sebelum Masa Penjajahan

www.gemza.my.id
www.gemza.my.id
Ingatkah dengan legenda Roro Jonggrang? Kisah ini bercerita tentang awal pembuatan Candi Prambanan. Pada legenda populer tersebut diceritakanlah tokoh Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, dua orang yang terlibat dalam romantisme ala kerajaan pada masa dahulu kala.

Saat itu, kekuasaan Raja Boko, pemimpin Kerajaan Prambanan, jatuh ke tangan Raja yang tamak dari Kerajaan Pengging. Ia mengirim ksatria yang sakti bernama Bandung Bondowoso untuk merebut kerajaan tersebut sehingga berhasil menguasai Prambanan. Bahkan sampai akhirnya mengetahui bahwa Raja Boko yang dibunuh Bandung Bondowoso memiliki putri yang cantik bernama Roro Jonggrang.

Romantisme muncul dalam kisah tersebut. Bandung Bondowoso menyukai Roro Jonggrang dan berniat untuk menikahinya. Namun tidak semudah itu, terlebih Roro Jonggrang masih menyimpan kebencian kepada Bandung Bondowoso karena ia telah membunuh ayahnya dalam peperangan.

Kegigihan Bandung Bondowoso untuk menikahi Roro Jonggrong tidak berhenti saat itu saja. Usahanya terus dilakukan untuk merebut hati Sang Putri Raja. Hingga akhirnya Roro Jonggrang mau menerima ajakan Bandung Bondowoso, namun dengan syarat yang dipikirnya akan menyusahkan ksatria asal Kerajaan Pengging tersebut. Syarat tersebut adalah membangun 1000 candi dalam waktu semalam.

Sampai di sini, tanpa perlu dilanjutkan, kita semua pasti tahu bahwa pada akhirnya Roro Jonggrang-lah yang jadi bangunan candi ke-1000 akibat kemarahan Bandung Bondowoso yang menguasai kekuatan gaib. Padahal ribuan bala tentara jin-nya sudah membantunya membangun 999 candi dalam semalam.

Dari cerita ini, fokus yang menarik disorot adalah timeline pembuatan Candi Prambanan versi legenda rakyat Roro Jonggrang. Dalam waktu semalam, candi diharapkan sudah selesai. Memang agak mengherankan jika dinalar dengan logika ilmiah. Bagaimana mungkin candi yang saat ini kita lihat begitu megahnya di kawasan Prambanan tersebut, dibangun hanya dalam waktu semalam saja. Terlepas dari campur tangan jin yang merupakan bala tentara Bandung Bondowoso. Namun ingat, itu hanya legenda rakyat saja.

Dimensi Era Kemerdekaan

Ilustrasi: Sidang PPKI (Sumber: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2145/Panitia-Persiapan-Kemerdekaan-Indonesia-PPKI)
Ilustrasi: Sidang PPKI (Sumber: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2145/Panitia-Persiapan-Kemerdekaan-Indonesia-PPKI)
Pada dimensi ini, kita fokus pada satu bulan bersejarah di tahun 1945, yaitu Bulan Agustus. Di minggu awal bulan ini, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk oleh Jepang. Sejarah menuliskan 21 orang terlibat dalam kepanitiaan dan pada perjalanannya bergabung lagi 6 orang lainnya. Di dalam kepanitiaan tersebut memiliki dua golongan umur, yakni golongan tua dan golongan muda.

Kita pun diceritakan sejarah yang sama, bahwa dalam prosesnya menuju kemerdekaan, dinamika dan drama yang terjadi antara golongan tua dan golongan muda memang cukup seru. Membayangkan bagaimana situasinya saat itu di sana, pasti apa yang dilakukan golongan muda untuk menculik Soekarno memang beralasan, yaitu mendorong untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia kepada dunia.

Inilah yang terjadi dan sama-sama kita ketahui. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Sementara, malam hari sebelumnya pada 16 Agustus 1945 naskah proklamasi dirumuskan kemudian diketik. Padahal 7 Agustus 1945 baru saja dibentuk panitia persiapan kemerdekaan.

Fokus menarik lagi melihat timeline pada proses merdekanya negeri kita tercinta: Indonesia. Di mana naskah proklamasi baru dirumuskan pada malam hari menjelang esoknya adalah hari pengumuman kemerdekaan. Luar biasa.

Dimensi Milenium

Ilustrasi: Begadang Semalaman di Kantor (Dok. Pribadi)
Ilustrasi: Begadang Semalaman di Kantor (Dok. Pribadi)
Pada bagian ini, lebih banyak bercerita tentang kejadian nyata yang terjadi jauh setelah tahun 1945. Era yang kompasianer alami semua saat ini. Yaitu era kekinian di tahun 2000-an. Latarnya bisa dimulai dari tempat kuliah dan juga tempat kerja.

Sebagai sedikit gambaran saja. Ketika kuliah, banyak dari kita yang menggunakan istilah SKS untuk mengartikan "Sistem Kebut Semalam". Selama kuliah, mindset tersebut mungkin saja digunakan setiap kali mengerjakan tugas-tugas kuliah. Persiapan presentasi kelompok, bahkan sampai dengan persiapan ujian, semuanya dilakukan hanya dalam waktu semalaman.

Atau yang lebih ekstrim lagi, ada sebagian mahasiswa yang pernah mengerjakan revisi skripsi ketika batas akhir pengumpulannya adalah besok harinya. Semua serba dilakukan dengan cepat. Lagi-lagi masalah timeline yang dijalankan begitu mendadak.

Di lain sisi, dalam bekerja pun mindset SKS juga masih ada. Bahkan lebih sering ditemui. Berdasarkan pengalaman dari seorang programmer di salah satu perusahaan swasta, ia pernah diminta membuat sebuah aplikasi dashboard online lengkap dengan fitur dan data yang disajikan secara real time.Hal yang menarik adalah ia harus menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 12 jam, dan instruksi tersebut masuk pada malam hari. Artinya esok paginya sudah harus selesai.

Jika berbicara di dunia kerja, sedikit saja peluang seorang karyawan untuk menolak pekerjaan yang diberikan. Ketika mendapat instruksi, biasanya langsung dikerjakan tanpa tapi tanpa nanti. Begitu pula yang terjadi pada si programmer itu. Hingga ia pun harus rela tidak tidur semalam suntuk bahkan sampai esok paginya matahari menyapa.

Tentu, jika mengambil latar pekerjaan ini, akan banyak variasi pengalaman terkait timeline yang mendesak. Berbeda profesi, berbeda pula tantangan dalam menghadapi waktu yang semalam ini. Misalnya penulis, editor, reporter, auditor, dan lain-lain. Namun semuanya memiliki masalah yang sama yaitu pada timeline yang mendesak.

--

Nah, Kompasianer. Setelah membaca paparan di atas dengan tiga dimensi yang berbeda itu, apa kah kita sudah mendapat sebuah pola? Atau bahkan ada yang sudah membentuk sebuah tokoh imaji yang berkarakter dengan referensi pola tersebut?

Disampaikan sebelumnya dalam masing-masing cerita tersebut di atas, bahwa timeline menjadi fokus menarik yang kita bisa angkat. Bandung Bondowoso yang hanya memiliki waktu semalaman untuk membuat candi. Soekarno dan para pejuang lainnya, merumuskan naskah proklamasi hanya dalam waktu kurang dari 12 jam saja. Dan kita yang sebagian para pekerja ini, pernah mendapatkan pekerjaan yang deadline-nya mendadak. Sampai-sampai mengambil istilah "Proyek Bandung Bondowoso."

Meskipun demikian, kita juga perlu mengetahui, bahwa apa yang dipaparkan di atas memiliki ketidaksamaan dari sisi: tokoh, lingkungan, suasana, dan urgensi lainnya yang mengikat pada masing-masing dimensi tersebut. Ketiganya hanya memiliki kesamaan pada implementasi timeline yang tidak rapih dan kurang dikelola dengan baik.

Melalui tulisan ini, kita dibuat untuk sekedar merenungkan dan melakukan refleksi atas sebuah pola, mindset, dan berujung pada karakter bangsa yang gemar mendekati deadline. Padahal ada hal-hal yang bisa dilakukan ketika membuat timeline di awal, agar manajemen waktu tercipta dengan baik. Tujuannya supaya segala proses diperhatikan dengan baik.

Namun dengan pernyataan tersebut, muncullah excuse yang defensive, misal: justru dengan ini, kita bisa membuktikan bahwa kita mampu menyelesaikan sesuatu dalam waktu yang singkat. Atau pernyataan sanggahan lainnya yang memiliki nilai kebenaran yang relatif.

Di akhir tulisan, mari kita renungkan ini:

"72 tahun Indonesia Merdeka, Bagaimana Manajemen Waktu Berpengaruh Pada Peningkatan Kualitas Bangsa Agar Menjadi Negara yang Maju?"

(DH)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun