[caption caption="Empat orang anggota KPKI foto bersama Andre Taulany dan Hesty Purwadinata setelah tapping program Pagi-Pagi di Studio NET, hari Selasa (05/04) kemarin. (Foto: Dok. Pribadi)"][/caption]Semangat pagi!Siapa yang masih ingat film Scorpion King? Film yang tokoh utamanya diperankan oleh Dwayne Johnson ini menampilkan salah satu hewan eksotis yang umumnya berwarna hitam, kalajengking. Jenis dan jumlah kalajengking di seluruh dunia sangat banyak. Tipe-tipe kalajengking juga dapat dibedakan berdasarkan habitatnya. Secara umum, tipe-tipe kalajengking yaitu tipe hutan tropis, tipe hutan sub-tropis, tipe semak-semak, dan tipe gurun. Di Indonesia, penyebaran tipe kalajengking berdasarkan habitatnya yaitu tipe semak-semak dan tipe hutan tropis.
Berbicara kalajengking di Indonesia, hewan yang ciri-cirinya memiliki satu pasang capit dan satu buah sengat di ekornya ini ada beberapa jenisnya. Dengan sebutan umum bernama Asian Forest Scorpion (AFS), kalajengking jenis Heterometrus cyaneus dan Heterometrus longimanus menjadi dua primadona yang paling sering dijumpai di Indonesia.
Meski demikian, jenis lain yang memiliki habitat asli Indonesia juga masih banyak. Diantaranya jenis yang mulai langka yaitu Isometrus maculatus. Atau yang paling mudah dijumpai lainnya seperti kalajengking jenis Lychas mucronatus, Liocheles waigiensis, Chaerilus sp. Java / Bengkulu, dan lain-lain. Di Indonesia, jenis-jenis kalajengking itu mudah dijumpai.
Hewan ini ukurannya beragam bergantung jenisnya. Mulai dari seukuran korek api, sampai ada yang sama dengan telapak tangan manusia usia 18-25 tahun. Untuk jenis AFS, dapat tumbuh hampir sebesar telapak tangan orang dewasa. Sementara jenis Lychas mucronatus yang sudah dewasa, ukuran maksimalnya hanya sampai 5-8 cm saja.
Kalajengking juga merupakan hewan yang berbisa. Masing-masing jenis yang beredar di seluruh dunia memiliki tingkat bisa yang beragam. Level bisa hewan ini mulai dari level satu sampai dengan level lima. Efek yang ditimbulkannya pun beragam. Bisa di level satu dapat menyebabkan orang yang tersengat bisa mengalami keram pada bagian yang tersengat. Namun, untuk bisa di level lima, efek terparah adalah kematian.
Sementara itu, jenis yang beredar di Indonesia memiliki bisa yang tergolong rendah sampai menengah. AFS memiliki bisa level 1, sedangkan Lychas mucronatus memiliki bisa level 3. Meski demikian, terhindar dari sengatan kalajengking memang harus menjadi prioritas utama.
Prioritas inilah yang dipegang oleh para penghobi kalajengking. Mereka tergabung dalam Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI). Komunitas ini merupakan wadah untuk bertukar cerita dan pengalaman serta pengetahuan tentang kalajengking.
Para anggota KPKI –termasuk aku- berasal dari seluruh Indonesia. Meski sebagian besar di Pulau Jawa, namun ada juga yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan lain-lain. Meski demikian, anggota semua anggota KPKI tersebut masih dapat berbagi ilmu pengetahuan dan cerita soal kalajengking melalui Facebook Group dengan nama “Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI)”.
Seperti yang diketahui di awal, kalajengking adalah hewan berbisa. Namun demikian, bagi para penghobi kalajengking seperti anggota KPKI, kalajengking adalah hewan peliharaan yang dapat dijadikan “Display Pet”. Ini adalah cara pemeliharaan hewan yang hanya untuk dijadikan pajangan saja, bukan untuk dimainkan atau di ajak berjalan-jalan seperti hewan kucing, atau anjing. Maka dari itu, memegang kalajengking tanpa pengetahuan, alat bantu, atau dengan alat yang lainnya sangat tidak disarankan.
Sebagai display pet, kalajengking dipelihara di dalam wadah bening yang terbuat dari plastik seperti kotak makan bening atau bisa juga berasal dari mika akrilik (gex). Selanjutnya, di berikan alas yang terdiri dari cocopeat (kulit kelapa yang dihancurkan menjadi serbuk), pasir, atau pun campuran dari keduanya. Pemberian alas tersebut bergantung dari tipe kalajengking dan habitatnya. Jika kalajengking yang dipelihara berasal dari daerah hutan tropis, maka alas yang digunakan adalah murni cocopeat. Kemudian jika itu kajalengking tipe gurun, maka alas yang digunakan adalah pasir.
Namun untuk beberapa kolektor yang memiliki niat, waktu, dan lahan yang cukup, kandang (enclosure) yang dimiliki dibuat sedemikian rupa. Biasanya ini disebut dengan istilah terrarium. Secara singkat, terarium adalah miniatur biosfer tempat organisme hidup. Di sini, terarium kalajengking berarti adalah miniatur biosfer tempat kalajengking hidup di tempat aslinya.