Sesampainya di kemah tempatnya berada, Khalifah Umar r.a. dan Ali r.a. memberi salam. Namun rupanya pemuda itu sedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri shalatnya, pemuda itu menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangannya, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangannya, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya oleh kedua tamu tersebut,
“Siapakah namamu, wahai anak muda? "
“Abdullah", jawabnya.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan,
"Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?"
Pemuda itu kemudian menjawab, "Nama saya Uwais al-Qorni".
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibunya telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu untuk menemui Rasulullah, memandang sepuas-puasnya paras wajahnya. Khalifah Umar r.a menceritakan segala yang disampaikan Rasulullah tentang dirinya, pesan Rasulullah agar memintakan doa dan istighfar dan menyampaikan berita meninggalnya Rasulullah. Ketika mendengar berita meninggalnya Rasulullah, air matanya tak sanggup untuk di bendung.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali r.a. memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah,
"Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata,
"Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata,