Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Penulis - SEO Specialist - Konsultan Pemeliharaan Ikan Koi

Sekadar berbagi cerita..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(DEAR PPA) Perempuan Itu Melangkah Sendiri

28 Februari 2015   21:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:21 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seorang perempuan sendiri di atas sampan
bersama tiga anak gelatik dalam pelukan
merengkuh dayung di antara riuh riak gelombang
mengejar asa yang terselip dibalik batu karang

terbangun sendiri kala pagi masih gelap
menepis selimut sunyi membuang satu mimpi
saat ketiga buah hatinya masih terlelap
mengurai langkah mencari sekeping rejeki

perempuan itu sendiri menyusuri jalan
tubuhnya terbungkuk menahan selaksa beban
butiran peluh mengalir disekujur tubuh
berkorban demi waktu yang terus bertumbuh

setengah perjalanan terlampaui sudah
nafasnya tersengal didera rasa lelah
menepi sejenak menunda ayunan langkah
seteguk air bening 'tuk mengusir dahaga

teringat kembali sepenggal kisah masa lalu
di kala mahligai cinta masih tersimpan rapi
andaikan segalanya masih seperti yang dulu
tersadar akan waktu yang tak terulang lagi

putus tali melepas perahu berlayar sendiri
tak menyerah walau badai datang menghalangi
demi merangkai masa depan ketiga buah hati
masa lalu biarlah pergi tak perlu disesali

semangat mengelora di hati perempuan baja
menerjang ombak tiada pernah mengaku kalah
hidup ini baginya hanyalah secuil pengorbanan
berharap langit tunjukkan kemana arah tujuan

sementara condong mentari mengarah ke barat
perempuan itu segera bergegas kembali pulang
tak sabar menatap wajah wajah mungil dirumah
seharian menunggu ibu bekerja membanting tulang

sesampainya di mulut pintu yang terbuka lebar
tapak-tapak kaki kecil serentak menyambutnya
senyum manja yang terbingkai wajah berbinar
melebur rasa rindu di dalam peluk sang bunda

perampuan itu sendiri namun tak sendirian
masih ada tiga kuntum bunga mawar di halaman
yang segera merekah menunggu saatnya tiba
semoga musim dingin berganti terang bercahaya

.oOo.

@donibastian - nomor  101
DesaRangkat, 28/02/2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun