seorang perempuan sendiri di atas sampan
bersama tiga anak gelatik dalam pelukan
merengkuh dayung di antara riuh riak gelombang
mengejar asa yang terselip dibalik batu karang
terbangun sendiri kala pagi masih gelap
menepis selimut sunyi membuang satu mimpi
saat ketiga buah hatinya masih terlelap
mengurai langkah mencari sekeping rejeki
perempuan itu sendiri menyusuri jalan
tubuhnya terbungkuk menahan selaksa beban
butiran peluh mengalir disekujur tubuh
berkorban demi waktu yang terus bertumbuh
setengah perjalanan terlampaui sudah
nafasnya tersengal didera rasa lelah
menepi sejenak menunda ayunan langkah
seteguk air bening 'tuk mengusir dahaga
teringat kembali sepenggal kisah masa lalu
di kala mahligai cinta masih tersimpan rapi
andaikan segalanya masih seperti yang dulu
tersadar akan waktu yang tak terulang lagi
putus tali melepas perahu berlayar sendiri
tak menyerah walau badai datang menghalangi
demi merangkai masa depan ketiga buah hati
masa lalu biarlah pergi tak perlu disesali
semangat mengelora di hati perempuan baja
menerjang ombak tiada pernah mengaku kalah
hidup ini baginya hanyalah secuil pengorbanan
berharap langit tunjukkan kemana arah tujuan
sementara condong mentari mengarah ke barat
perempuan itu segera bergegas kembali pulang
tak sabar menatap wajah wajah mungil dirumah
seharian menunggu ibu bekerja membanting tulang
sesampainya di mulut pintu yang terbuka lebar
tapak-tapak kaki kecil serentak menyambutnya
senyum manja yang terbingkai wajah berbinar
melebur rasa rindu di dalam peluk sang bunda
perampuan itu sendiri namun tak sendirian
masih ada tiga kuntum bunga mawar di halaman
yang segera merekah menunggu saatnya tiba
semoga musim dingin berganti terang bercahaya
.oOo.