Namun, selama esensi pelaksanaannya tidak bertentangan dengan Alquran dan Hadis maka urusan tersebut dibolehkan. Mereka memasukkan peringatan maulid Nabi Muhammad saw dalam kategori bid'ah hasanah.
Hikmah Kehidupan yang Bisa Diperoleh dari Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw dibekali dengan sederet sifat-sifat terpuji. Tugas kita adalah meneladani dan menginterpretasikan sifat-sifat tersebut di dalam kehidupan agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan memiliki bekal yang cukup untuk menapaki keselamatan hidup di akhirat. Di antara sifat-sifat terpuji tersebut adalah cerdas (fatanah), jujur dan berintegritas (siddiq), menjaga kepercayaan (amanah) dan komunikatif (tabligh).
Cerdas (Fatanah)
Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada kita agar cerdas dalam urusan dunia dan akhirat. Cerdas dalam menuntut ilmu, bergaul dalam masyarakat, bekerja, berbisnis dan beribadah. Kecerdasan bukan hanya bentuk akumulasi dari ilmu pengetahuan serta kemampuan untuk berkarya an sich, tetapi kecerdasan adalah buah atau hasil dari iman, ilmu dan amal soleh yang ditujukan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga meletakkan urusan dunia bukan sebagai tujuan tetapi sebagai proses dan sarana mencapai tujuan hakiki. Nabi Muhammad saw, bersabda, "Orang cerdas adalah orang yang mau mengoreksi dirinya dan berbuat untuk (kehidupan) setelah kematian." (HR Tirmidzi).
Di masa sekarang kita membutuhkan kecerdasan dalam bekerja agar mampu berkompetisi dalam dunia kerja. Agar memperoleh hasil yang diinginkan maka banyak bekerja (kuantitas) saja tidak cukup tetapi harus cerdas dalam bekerja (kualitas). Di samping itu, orang yang cerdas dalam bekerja tidak akan sombong karena dia mengakui bahwa di balik keberhasilannya ada peran orang lain yang mendukungnya, sehingga semakin orang tersebut cerdas maka akan semakin tinggi kepedulian sosialnya kepada orang lain yang ada di sekitarnya.
Jujur dan Berintegritas (Siddiq)
Jujur sering diartikan apa adanya, sedangkan integritas adalah menyatunya pikiran dan perbuatan dalam bentuk komitmen dan konsistensi sehingga menghasilkan reputasi, kewibawaan dan kejujuran. Maka orang yang memiliki integritas adalah orang yang paling layak diberikan kepercayaan, karena dia sanggup menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, objektif dan transparan.Â
Alloh swt berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab / 33: 71 bahwa, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (di antara perkataan yang benar adalah jujur)." Nabi Muhammad saw, bersabda, "Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (H.R. Muslim).
Dengan bersikap jujur maka kita dapat menyelesaikan perkerjaan atau masalah dalam kehidupan dengan baik dan tidak akan merugikan siapapun. Ketika ditimpa masalah, kita cukup menganalisis letak kesalahannya tanpa harus membuat alasan-alasan pembelaan diri, sehingga masalah yang dihadapi akan cepat selesai. Di samping itu, jujur akan membawa ketenangan hati, karena kita tidak perlu menyimpan dan menyembunyikan sesuatu yang bisa menimbulkan perasaan bersalah dalam diri. Nabi Muhammad saw, bersabda, "Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa." (H.R. Tirmizi).
Menjaga Kepercayaan (Amanah)