Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Fitrah Manusia

2 Juni 2020   15:14 Diperbarui: 13 Juni 2020   18:31 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam perbuatan baik tersebut, terdapat makna lebih mudah untuk melakukan kebaikan, dibandingkan perbuatan buruk, yang di dalam maknanya terdapat kesusahan atau kesulitan untuk melakukannya.

Berdasarkan pengertian di atas, berarti manusia memiliki potensi kebaikan yang paripurna di dalam dirinya. Bahkan, dalam beberapa terminologi filsafat dan mistisisme, manusia memiliki peluang mencapai kesempurnaan dirinya, dengan cara memahami hakikat di balik syariat dan mengendalikan kecenderungan fisik melalui kontempelasi mendekatkan diri kepada Alloh swt.

Kedekatan di antara Alloh swt, dengan manusia dapat dirasakan secara rasio dan intuisi. Manusia diciptakan Alloh swt, melalui beberapa proses, kematian, kehidupan, kematian dan kehidupan. Manusia datangnya dari Alloh swt, akan dikembalikan lagi kepada-Nya.

Rasio pasti menerima bahwa tidak ada manusia yang abadi, karena setelah manusia itu mati, maka fisiknya akan hancur di makan tanah, tetapi secara intuisi, manusia tidak pernah mati setelah kematian fisiknya, tetapi dia akan mengalami proses perpindahan roh yang tidak pernah mati mulai dari alam kubur sampai alam akhirat. Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak pernah akan mati setelah dia diciptakan Alloh swt.

Sebagaimana pepatah di kalangan para sufi, cara terbaik untuk mencari hakikat kebenaran hidup adalah "mencari" Alloh swt, di dalam potensi dirinya, sehingga "barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenali Tuhan-Nya". Yang menjadi pertanyaan adalah, kalau manusia diciptakan dengan potensi kebaikan di dalam dirinya, tetapi mengapa masih ada manusia yang berbuat keburukan.

Telah disinggung di atas, yang membuat manusia menjadi jahat adalah pilihan yang dilakukannya di dalam hidup, sebagai akibat dari pergaulan di lingkungan sosialnya. Tidak ada seorangpun anak yang lahir ke muka bumi ini, menjadi Nasrani atau Yahudi, kecuali pengaruh awalnya datang dari kedua orang tuanya.

Manusia yang melakukan penyembahan kepada berhala (paganisme) atau sama sekali menolak eksistensi Tuhan (a-theis) itu tidak membuktikan bahwa fitrah mengesakan (tauhid) Tuhan tidak ada di dalam dirinya. Kesadaran tentang eksistensi Tuhan tetap ada di dalam dirinya, tetapi dimanifestasikan dengan syariat yang salah. Bahkan, orang yang menolak eksistensi Tuhan, menyatakan Tuhan tidak ada dan Tuhan sudah mati, tanpa disadarinya, dia tetap ber-Tuhan, tetapi yang dipertuhankannya adalah dirinya sendiri.

Belajar dari kisah yang dialami oleh Fir'aun, sosok manusia yang menganggap dirinya sebagai Tuhan, ketika dia terperangkap di antara dua kutub gelombang laut merah yang menjulang tinggi dalam perasaan mencekam dan sangat takut mati. Akhirnya, dia mengakui bahwa Alloh swt., adalah Tuhan yang sesungguhnya (Q.S. Yunus: 90).

Membangkitkan fitrah dengan cara menyucikan diri

Dalam terminologi tasawuf, menyucikan diri sering disebut dengan tazkiyah an-nafs. Untuk sampai pada tahap pemurnian diri, agar selalu berdekatan kepada Alloh swt, ada beberapa langkah yang harus dilalui oleh para Salik, mulai dari meluruskan syariat, menjalani ibadah dengan tekun melalui tarikat, memahami makna yang sesungguhnya di balik syariat melalui hakikat, dan mendapatkan khazanah atau wawasan langsung dari Alloh swt., melalui ma'rifat.

Menurut Imam Al-Ghazali ada beberapa tahapan (maqamat) kedudukan dan perasaan hati (ahwal) yang dilalui para Salik untuk menyucikan dirinya, yaitu: taubat, sabar, faqir, zuhud, tawakkal, mahabah, ma'rifat dan rida. Beliau juga mengingatkan, seorang Salik harus mampu memetakan fitrahnya dan mengendalikan berbagai "instrumen" kemanusiaan di dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun