Di kota-kota besar untuk mendapatkan akses air bersih masyarakat harus membeli terlebih dahulu. Bagi perempuan yang tinggal di kota pilihannya hanya ada dua membeli air dengan harga mahal atau menggunakan air yang terkontaminasi (Sultana, 2020).
Krisis air telah membuka tabir bahwa perempuan lah yang pertama kali terdampak jika kelangkaan air melanda. Perempuan mengalami berbagai ketidakadilan baik peran, status, dan kelas di dalam masyarakat. Krisis air juga mengancam perempuan terhadap kesehatan reproduksi mereka. Krisis air juga menyebabkan perempuan rawan tertular berbagai penyakit menular akibat buruknya sanitasi.Â
Pemangku kebijakan dan tentunya kepala negara harus segera hadir untuk terus berupaya menciptakan penyediaan air bersih. Kendala perempuan seringkali tidak terekspos sejalan dengan masih langgengnnya budaya patriarki. Air adalah Hak dasar semua lapisan masyarakat tidak peduli orang itu miskin-kaya, perempuan/laki-laki atau apapun itu.
***
DAFTAR PUSTAKA
Asian Developement Bank. (2016). Indonesia Country Water Assessment. https://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/183339/ino-water-assessment.pdf.
BPS. (2023a). Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses terhadap Sumber Air Minum Layak Menurut Provinsi (Persen), 2021-2023.
BPS. (2023b). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2023. https://www.bps.go.id/id/publication/2023/11/30/d3456ff24f1d2f2cfd0ccbb0/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2023.html
Indraswari, D. L. (2021, October 23). Perempuan dalam Pusaran Krisis Air. Https://Www.Kompas.Id/Baca/Riset/2021/09/23/Perempuan-Dalam-Pusaran-Krisis-Air.
Marsudi, R. (2024, November 1). Krisis Air. Kompas. https://www.kompas.id/baca/opini/2024/10/31/krisis-air-dunia?open_from=Search_Result_Page
Sultana, F. (2020). Embodied Intersectionalities of Urban Citizenship: Water, Infrastructure, and Gender in the Global South. Annals of the American Association of Geographers, 110(5), 1407–1424. https://doi.org/10.1080/24694452.2020.1715193