Perkembangan zaman juga melahirkan berbagai komunitas-komunitas baca buku di berbagai kota besar indonesia. Contoh saja seperti Komunitas Pecandu Buku (KPB) yang ada di kota bandung.Â
Komunitas ini lahir dari para mahasiswa atau anak muda yang gemar hingga gila buku. Komunitas ini mencoba merespon atas rendahnya minat baca masyarakat di indonesia dengan membangun berbagai kegiatan seperti baca buku, workshop hingga bedah buku. Kini komunitas ini sudah menyebar di lebih 3 kota besar.
Dari contoh Komunitas Pecandu Buku (KPB) poin yang dapa diambil adalah mahasiswa harus bisa menjadi agen perubahan. Mahasiswa berperan penting untuk bisa merubah dengan membentuk habit masyarakat yang sebelumnya minim membaca menjadi tertarik untuk membaca. Dengan adanya interner dimana social media menjadi akses utama masyarakat melihat dunia luar.Â
Mahasiswa harus bisa memanfaatkan denagn membuat akun-akun social media untuk mendekatkan dengan mereka demi terwujudnya masyarakat yang gemar membaca buku dan nantinya akan juga berdampak pada minat baca.
MENUMBUHKAN NALAR KRITIS
Hadirnya internet memunculkan era yang dinamakan society 5.0. Era ini adalah sebuah konsep dimana masyarakat dalam berbagai kegiatamnya berbasis teknologi.Â
Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan pengaksesan dunia maya yang lebih masif. Sekat-sekat pembatas menjadi bias, arus informasi keluar masuk tanpa ada batasan.Â
Sedangkan dalam keadaan tersebut yang diperlukan masyarakat adalah nalar kritis untuk merespon berbagai informasi. Nalar kritis diperlukan sebagai upaya pertama merespon tentang kebenaran sebuah informasi.Â
Untuk menumbuhkan nalar kritis tersebut skill yang harus dikuasai adalah dengan menguatkan literasi digital. Literasi digital dapat diartikan dengan kemampuan memahami dan menggunakan media digital untuk merespon berbagai konteks informasi digital.
Budaya bernalar kritis memang harus ditumbuhkan dalam era society 5.0 terutama dalam jiwa masyarakat. Literasi digital menjadi bekal utama untuk kemudian masyarakat menjadi kritis dalam berpikir.Â
Jika budaya ini kemudian sudah menjadi pakem dalam masyarakat maka tidak mungkin bahwa nantinya masyarkat tidak akan mudah percaya dengan informasi yang datang karena mereka sudah dibekali dengan nalar kritis. Mereka secara otomatis akan berpikir sejenak apakah informasi ini bernilai benar atau salah.