Balai Sigala-gala dibangun kurawa memang dengan standar kemanan rendah. Mudah terbakar dan kayu kayunya rapuh sekali. Tempat pesta pora dengan segala hidangan dan minuman membuat lena para pendawa terkecuali Werkudara.
Ia tidak mau makan dan minum meski tuak dan arak bergulir seperti air mengalir di musim penghujan. Deras.
Werkudara memilih menyesap kopi dan menjaga empat saudaranya yang dijamu sebagai tamu dan enggan menolak. Hingga Ketika para pandawa terlelap hebat, kurawa membakar balai sigala gala. Hingga keesokan harinya kurawa tersenyum puas. Enam jasad ditemukan dibalik reruntuhan balai, siasat mereka berhasil terlaksana.
Padahal Para Pandawa dan Dewi Kunti selamat berkat musang putih jelmaan Antaboga. Berdasar wisik dari mimpi anaknya untuk menjumpai Raden Werkudara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H