Lainnya sama. Durasi juga ditentukan oleh masing masing mereka. Tidak seperti kelas di kampus, atau di sekolah. Ada batasan waktu, dan ada posisi yang lebih tinggi antara peserta didik, dan pengajar yang menentukan kelulusan. Temanya juga banyak. Mulai dari obrolan sehari-hari soal cuaca, sampai situasi politik atau bahkan prediksi prediksi balbalan.Â
Semua bisa jadi bahan percakapan. Kalau pandai-pandai mendapat lingkaran obrolan yang bagus, malah jadi tambah maju. Kalau ketemu orang-orang yang banyak peluang, bisa untung dari cangkir yang disesap. Kalau cakap mengelola hubungan bisa saja jadi lompatan untuk lebih berkembang.Â
Maka anggapan bahwa warung kopi hanya tempat berbual, tanggal segera. Tergantung dengan siapa berjumpa. Ibarat pepatah bersama pandai besi terpercik api, berpaluh asap, bersama pedagang minyak wangi terpercik wangi, beroleh sedap. Tergantung kita memilih, terampil memilih obrolan di warung kopi.
Kalau di Dongeng Kopi kami punya meja banyak yang panjang memang. Biar sama-sama berbagi meja dan akhirnya terlibat obrolan. Obrolannya semoga juga membawa masing-masing orang ke taraf yang lebih baik. Bagi yang gundah bisa terhibur dan jauh dari susah, yang kesepian jadi dapat kawan baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H