PAGELARAN Piala Dunia 1982 yang diselenggarakan di Negeri Matador Spanyol, timnas Italia tercatat dalam sejarah sepak bola sebagai juara dunia untuk ketiga kalinya.
Hasil ini menjadikan Gli Azzuri mampu mensejajarkan diri dengan peraih titel tiga kali juara dunia sebelumnya, Brasil. Tim Samba meraih ketiga titel juaranya pada tahun 1958, 1962 dan 1970.
Sedangkan timnas Italia, sebelum menjadi kampiun di Spanyol, pernah dua kali merasakan gelar juara dunia pada tahun 1934 dan 1938.
Juaranya anak asuh Enzo Bearzot pada perhelatan Piala Dunia pada tahun 1982 boleh disebut sebuah kejutan. Pasalnya, Dino Zoff dan kolega waktu tidak begitu diunggulkan.
Kala itu, para pengamat bola lebih cenderung menjagokan Jerman Barat yang memang dikenal sebagai tim spesialis turnamen, Argentina sebagai juara bertahan dan Brasil yang kala itu diisi oleh pemain-pemain kelas dunia di berbagai lini.
Bahkan, tidak hanya karena skuadnya yang merupakan gabungan pemain-pemain top dunia. Saat itu, Brasil merupakan sebuah tim yang mampu menampilkan permainan jogo bonito dengan sempurna.
Jogo Bonito sendiri bila diartikan dalam bahasa Inggris berarti play beautifully, merupakan permainan ciri khas Brasil yang mengandalkan teknik dan kemampuan skill individu pemainnya.
Sayang, untuk saat ini jogo bonitonya Brasil sudah tidak tampak lagi. Karena kecenderungan yang diterapkan tim samba saat ini lebih bermain pragmatis dan mengutamakan kemenangan.
Para pencinta bola tentunya masih ingat, bahwa Manchester United pernah begitu berjaya di tangan dingin Sir Alex Perguson yang mengandalkan generasi emas yang kemudian disebut Class of '92.
Nah, 10 tahun sebelumnya, Brasil pun memiliki generasi emas yang diberi nama Class of'82. Generasi ini sangat mengemparkan dunia dengan pola permainan Jogo bonitonya.
Tim dari Class of'82 inilah yang diboyong pelatih Brasil kala itu, Tele Santana ke putaran final Piala Dunia 1982 di Spanyol. Tele Santana adalah pelatih yang dikenal menganut permainan menyerang.