Tidak heran bila para remaja sering bertingkah aneh, kadang malah di luar akal sehat. Perkelahian, tawuran, kenakalan remaja, pacaran, berkumpul dengan teman-teman, sering pulang malam, adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mencari identitas diri tersebut. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung untuk mewujudkan hasrat mereka.
Pencarian identitas diri mulai terjadi sejak akil balig dan berlanjut hingga seseorang dewasa secara mental. Mencari identitas diri ini bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan mulai dari mengikuti kegiatan kelompok sampai bergabung dalam komunitas-komunitas.
Pencarian identitas bisa muncul dalam berbagai macam bentuk, termasuk perilaku antisosial. Oleh karena itu pengawasan perlu dilakukan. Masa remaja adalah masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai moral dan sosial di dalam masyarakat.
Pengawasan terhadap remaja inilah yang juga perlu dilakukan, termasuk pada saat SOTR. Namun karena lokasi SOTR ini berada di jalanan, pengawasannya menjadi lebih sulit. Dan melihat berbagai dampak negatif yang timbul saat SOTR (dan biasanya pelakunya adalah remaja), saya pribadi lebih setuju jika acara ini dilarang.Â
SOTR bisa dialihkan ke kegiatan lainnya, yang saya rasa bisa lebih terkendali dan lebih tertib. Misalnya dengan sahur bersama di masjid-masjid dengan mengundang tukang becak, tunawisma dan fakir miskin yang ada di sekitar lingkungan masjid, dan dilanjutkan dengan kegiatan sholat subuh berjamaah. Tentunya ini sangat berfaedah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H