Banyak hal atau peristiwa masa lalu  yang terjadi di kampung halaman yang menjadi  kenangan di masa sekarang. Begitu berkesannya kenangan tersebut, membuat kita kadang rindu untuk mengulangi kembali masa-masa indah tersebut.
Pati adalah kota kelahiran saya. Kota di pantai utara Jawa Tengah ini memang tidak terlalu ramai, namun banyak cerita masa lalu yang akan selalu saya kenang. Salah satu kenangan masa kecil yang akan saya ceritakan kali ini adalah kenangan tentang bulan puasa .
Tahun 80'an dahulu, ada satu momen yang sudah tidak bisa lagi ditemukan di masa sekarang ini. Salah satunya adalah "Ndul" yang menjadi penanda waktu berbuka puasa di kota Pati.
Jika saat ini kita bisa menjumpai banyak penanda berbuka puasa, seperti suara azan daripengeras suara di masjid dan mushola, televisi, hingga radio, tidak demikian halnya pada masa dahulu di mana belum banyak alat atau sarana yang disebutkan tadi.
Masa itu di rumah saya dan sebagian besar penduduk kampung belum ada listrik. Pemilik televisi atau radio bisa dihitung jumlahnya, dan mereka yang punya dua benda ini bisa dibilang sebagai orang kaya. Salah satu cara agar waktu buka puasa bisa diketahui banyak orang adalah dengan ledakan mercon atau petasan berukuran besar.
Ledakan ini dilakukan di pusat kota, yaitu alun-alun Pati. Ledakan mercon ini begitu keras, dan bunyi mercon ini diucapkan sebagai "Ndul"oleh orang-orang saat itu. Kalau saat ini mungkin kita mengucapkan bunyi ledakan seperti "Buum", "Dhuaar", atau yang lainnya.
Tidak banyaknya kendaraan pada tahun 80'an, membuat Suara 'Ndul" yang kemudian diikuti oleh asap yang membumbung tinggi ini bisa terdengar dan terlihat sampai jauh, termasuk di kampung saya yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari alun-alun.
Biasanya saya dan kakak-kakak pergi ke sawah sebelum maghrib tiba, agar nantinya bisa melihat kepulan asap dari "Ndul" ini. Sungguh, hal yang sederhana ini bisa menjadi hiburan tersendiri di setiap bulan puasa.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, "Ndul" sudah tidak dipakai lagi sebagai penanda buka puasa. Orang-orang yang pernah hidup di awal hingga pertengahan 80'an mungkin pernah mengalami "Ndul" di kota Pati ini.
Masih tekait dengan mercon atau petasan, saya juga terkenang dengan mercon bumbung yang biasanya ada saat bulan puasa pada tahun 80 hingga 90'an di masa kecil saya. Seperti namanya, mercon ini terbuat dari bumbung atau batang bambu.
Batang bambu sepanjang 1,5 hingga 2 meter menjadi bahan media utama dari mercon bumbung ini. Rekan-rekan kompasianer tentunya sudah pernah melihat mercon bumbung ini, yang penampakannya menyerupai meriam.
Bermain mercon bumbung biasa kami lakukan sebagai kegiatan ngabuburit, dimulai dari siang hingga menjelang maghrib. Biasanya ada dua atau lebih bumbung, dan masing-masing akan dinyalakan dan diadu mana yang menghasilkan suara lebih menggelegar. Kunci untuk menghasilkan suara menggelegar terletak pada pembuatan bumbung.
Bambu yang dipilih harus memenuhi syarat umur tertentu, dan tidak boleh ada bagian yang mengalami retak. Pohon bambu dulu masih banyak tumbuh di pinggir kali atau pekarangan milik warga. Waktu yang di perlukan untuk pembuatan bumbung ini bisa memakan lebih dari 2 hari, mulai dari memotong bambu hingga siap dipergunakan.
Nah, itulah indahnya cerita masa kecil saya setiap bulan puasa yang akan selalu saya kenang. "Ndul" dan mercon bumbung yang jarang bahkan sudah tidak bisa ditemukan lagi saat ini. Anak-anak zaman now mungkin lebih mengenal gadget dan permainan dunia maya untuk mengisi waktu mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H