Tak jauh dari rumah pohon terlihat sekawanan Burung Kuntul yang tengah makan.Hasrat hati ingin mendekat,apa daya Aprianto melarang kami. 'Dimana ada burung kuntul di situ ada buaya'tegasnya.
Setelah 'membantu' Kak Meutea membuat video step by step tutorial naik rumah pohon,akupun ikut naik.
Di rumah pohon kami bertemu lagi dengan adik-adik mahasiwa tadi yang sudah lebih dulu tiba di Pantai Tanjung Carat. Mereka sedang makan siang sambil berdiskusi masalah dampak lingkungan akibat pantai kehilangan hutan mangrove.
Dari atas rumah pohon pandangan  sekitar pantai jadi lebih luas.Tapi kok sayang,kalau cuma dipandang saja.
Aku pikir lebih asik kalau aku ikutan eksplor Pantai Tanjung Carat bareng  adik-adik mahasiswa tadi.Maka akupun turun duluan.
Belum jauh melangkah,aku perhatikan mereka mengamati  kerang Teritip yang menempel di batang mangrove.Baru aku tahu,Teritip adalah hama bagi mangrove.Â
Tak lama kemudian kudengar gadis-gadis berteriak girang. Aku mendekat dan melihat mereka mengangkat Tachypleus gigas dari lumpur. Sayang sekali hewan berdarah biru ini sudah mati.
Sesampai di pantai,aku ikut-ikutan yang lain mencongkel pasir. Mencoba keberuntungan mencari kerang tahu.Voila,setelah beberapa kali mendapat cangkang kosong akhirnya berhasil mendapat satu kerang untuk oleh-oleh pulang ke Palembang.