Mohon tunggu...
Rahma dona
Rahma dona Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

http://donasaurus.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Bersama Fotografi di Museum Sultan Mahmud Badaruddin ll Palembang

1 Juli 2019   09:33 Diperbarui: 6 Juli 2019   08:10 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kapan terakhir  kamu berkunjung ke salah satu museum di Indonesia?

Yang masih pelajar mungkin menjawab, dua tiga tahun lalu. Yang  sudah tamat belajar mungkin akan menjawab, seribu tahun lalu

Ada 111 museum  provinsi dan  20  Taman Budaya, yang tersebar di seluruh Indonesia.Kesemuanya memerlukan biaya prawatan dan oprasional yang tidak sedikit.

Sunyi sepinya pengunjung museum ini, bahkan sudah jadi 'masalah nasional' ( maaf Pak Hilmar Farid, saya lebay wkkk kkkk). Padahal tiket masuk adalah  salah satu sumber dana yang diharapakan mampu, menutupi biaya oprasional museum.

 Kampanye  Museum  Dihatiku  dan  Belajar Bersama di Museum adalah  program   diluncurkan  Dirjen Kebudayaan ( Kemdikbud), untuk  memberi alasan masyarakat  kembali  berkunjung ke museum

Menjelang  Hari Museum nasional  pada 12 Oktober  unit kerja (Sie)  Permuseuman dan Bangunan Bersejarah Dinas Kebudayaan Palembang , mengadakan beberapa kegiatan  Belajar Bersama di Museum.

Minggu 30 Juni 2019 kemarin diriku antusias banget mengikuti,  belajar bersama fotografi di Museum Sultan Mahmud Baddarudin.

Sambil menunggu kedatangan pemateri kami melihat -  lihat koleksi, yang di pamerkan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin.Ada beberapa perubahan pada  display dan pengaturan ruang pamer sejak terakhir saya berkunjung ke sini ( seribu tahun lalu).

Penataan Dan Penambahan Koleksi

Seorang teman (di Medsos)  yang punya  hobi mengunjungi museum di seluruh dunia sempat komen

' Waktu yang diperlukan untuk cari parkiran di Plaza Benteng Kuto Besak - beli tiket  - naik tangga ke ruang museum lebih lama dari pada  waktu yang diperlukan, untuk melihat seluruh koleksi Museum SMB ll '

Pernyataan yang lumayan menohok perasaan saya, sebagai wong Plembang.

Pengelola museum  jangan langsung buka jurus menangkis ( yang dianggap) serangan, woles aja bro jadikan komen itu sebagai  masukan. Mungkin itu alasan utama, kenapa museum akhirnya sunyi sepi  sendiri.

Koleksi yang dipamerkan  terlalu sedikit untuk ukuran  museum ( utama) yang mewakili Provinsi Sumatra Selatan setelah zaman Sriwijaya.

Namanya juga museum pasti yang ditampilkan adalah benda- benda jadul atau yang dianggap mewakili jaman dulu. Tapi sejujurnya, gak banyak benda - benda yang dipamerkan di museum ini benar- benar berasal dari era yang diwakilinya ( barang antik ori)

Jadi gak masalah kalau diperbanyak display  barang baru ( barang KW ), yang dianggap bisa memberikan gambaran suasana kebatinan zaman Palembang Darussalam.

Keterangan dan Pemanduan

Saya kurang begitu paham bagaimana SOP pemanduan di museum Indonesia. Karena kalau di Museum SMB ll,kita harus bayar fee terpisah untuk jasa pemandu.

Emang sih katanya sukarela tapi justru kata sukarela itu yang bikin pengunjung malas ,mengunakan jasa pemandu. Lebih baik kalau dituliskan dengan jelas saja tarif kepemanduan itu di meja ticketing.

Pengunjung yang tidak mengunakan pemandu, akhirnya keliling sendiri dan keluar sambil ngedumel. 

Keterangan pada display  amat  singkat  dengan ukuran  huruf lumayan  kecil.  Beberapa keterangan dipasang di dinding belakang display .Sulit dibaca dari batas   garis pandang ,yang dibuat  pengelola museum.

Cek Ulfah dan team memang harus kerja keras untuk mengembalikan marwah museum  yang ada di Kota Palembang  sebagai sumber refrensi utama,  sejarah  dan kebudayaan  bagi masyarakat kota Palembang.

Ngadain event  untuk menarik minat berkunjung itu sudah bagus, tapi  revitalisasi dan inovasi  harus terus berjalan.

Saingan museum konvensional  adalah  kemajun teknologi bernama internet. Apa saja dari zaman kapan saja, bisa kita telusuri dalam sekali klik. Museum  - museum di daerah walau dengan segala keterbatasan, dituntut  untuk bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman

Belajar Bersama  Fotografi  

Kelas belajar bersamanya asik banget,Mas Ade Yovi dari Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (Pengda Sumsel) kasih banyak tips soal fotografi untuk pemula.

Mas Ade sabar banget menghadapi tingkah pola peserta, termasuk juga menjawab pertanyaan - pertanyaan ndeso dari saya.

Gak cuma itu peserta Belajar Bersama Di Museum langsung diajak, praktek memotret  koleksi museum dan food photoghrapy.

Nyimas Ulfah selaku Kepala Seksi (Kasi) Permuseuman dan Bangunan Bersejarah Dinas Kebudayaan (Disbud) Palembang mengatakan Kegiatan belajar Bersama di Museum Sultan mahmud badaruddin sebagai usaha untuk mengenalkan dan mendekatkan  masyarakat dengan museum -- museum yang ada di Sumatra Selatan.

Yang belum sempat  ikut Belajar Bersama di Museum Sultan Mahmud Badaruddin, masih ada kesempatan buat ikutan.karena selain gratis, yang memberikan materi belajar juga orang - orang yang profesional di bidangnya masing - masing. **** donasaurus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun