Mohon tunggu...
Rahma dona
Rahma dona Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

http://donasaurus.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Suzanna dalam Budaya Malu-malu Kucing Film Indonesia

28 September 2018   07:40 Diperbarui: 29 September 2018   07:21 2656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para filmmaker yang cerdik, membungkus prilaku mesogini-kebencian yang brutal pada perempuan. Dalam film horor yang diadaptasi dari kisah nyata, cerita rakyat dan urban legend yang populer di masyarakat.

Semakin aneh, semakin kejam penyiksaan yang dialami pemeran perempuan akan semakin banyak penonton. Tentu saja, adegan yang paling ditunggu adalah pemerkosaaan terhadap pemeran utama yang seksi dan montok.

Film-film horor Indonesia seperti bermain-main dengan perasaan traumatis korban pelecehan dan perkosaan. Dalam budaya malu-malu tapi mau seperti Indonesia, seks tabu dibicarakan. Seks dan perilaku seks akhirnya dipelajari dari buku dan film esek-esek. Suatu konsep tentang perempuan dan seks yang salah akhirnya berbuntut panjang.

Setelah menonton film-film yang mengugah selera, lelaki yang tak punya nyali untuk pergi ke pelacur akhirnya memperkosa anak kecil. Suami yang malu-malu, tak tahu bagaimana membicarakan fantasi seksnya pada istri akhirnya memperkosa karyawan.

Kenapa film begituan masih diproduksi?

Kenyataanya itulah yang laku dijual di Indonesia. Film budget rendah untung berlimpah, karena laku di mana saja. Pendek kata film macam begini, adalah tambang duit.

Budaya klenik dan tahayul yang tumbuh subur di nusantara,dibaur dengan adegan esek-esek dianggap unik para pengemar film aneh diluar negeri sono. Horor Indonesia, keren karena dianggap eksotis beda dari horor negara lain.

Suzanna, ratu horor Indonesia yang tiada ganti.Dari puluhan judul film, yang sudah diperankan ternyata film sensual beraroma kemenyan lah yanng membuatnya menjadi legenda.

Film-film yang dibintanginya menjadi "klasik" nya film horor Indonesia. Seperti,Sundel Bolong, Beranak dalam Kubur ,Ratu Ilmu Hitam, Nyi Blorong, Bangunya Nyi Roro Kidul, Malam Jumat Kliwon, Petualangan Cinta Nyi Blorong, Malam Satu Suro, Perjanjian Dimalam Keramat, Ajian Ratu Laut Kidul.

Weleh ...weleh jangan terkecoh, judulnya boleh beda tapi isinya sami mawon. Semua jenis keberutalan yang bisa dilakukan pada perempuan kita temukan di sana. Semua nasib buruk yang terjadi pada perempuan karena dia cantik dan sensual. Daya tarik yang mengundang cemburu dan syahwat lelaki.

Bila artis lain main film horor sensual untuk cari popularitas, tidak Suzanna. Ia sudah terkenal, jauh sebelum mulai main film horor. Perempun Ibu dua anak ini, beberapa kali dinominasikan sebagai Artis wanita Terbaik di event Piala Citra. Mungkin cuma Suzanna yang pernah dinominasikan sebagai artis terbaik pada sebuah film horor- Ratu Ilmu Hitam (1982).

Tidak sekedar jual bodi, tatapan mata yang melotot dingin menghujam, suaranya yang lembut sayup-sayup bikin merinding menjadi paket komplet Suzanna yang sulit ditiru. Auranya kuat, membius dari awal hingga akhir film.

 Orang bisa lupa siapa yang main film Scream, Jelangkung, atau Ring tapi tak akan lupa Suzanna yang jadi Sundel Bolong. Suzanna, menjadi ikon film horor Indonesia.

Tidak heran, namanya sangat terkenal di sekolah-sekolah perfilman luar negeri. Film horor yang dibintanginya dianggap contoh yang tepat untuk studi kasus gender dan mesogini dalam industri film.

Bukan kutipan yang membanggakan, untuk perempuan Indonesia. Tetapi Suzanna lebih baik, dari pada artis-artis yang seliweran di film cuma dengan dress ketat,tank top,dan penutup dada seadanya. Sebagai actris, dia memang bisa berakting.

Bastian Meiressonne, seorang sutradara muda Prancis yang punya perhatian khusus pada perkembangan film Indonesia, ternyata pengemar film Malam Satu Suro. Lelaki ini bahkan membuat film dokumenter tentang kehidupan pribadinya dan kiprah Suzanna dalam film horor.

Suzanna Martha Frederika van Osch kelahiran Bogor 13 Oktober 1942. Memulai debut perdana dalam film Darah dan Doa (1950). Sudah jadi bintang film sejak usia 8 tahun, liku-liku hidupnya juga mirip film drama. 1974, pernikahanya dengan Dicky Suprapto seorang aktor dan produser film tiba-tiba putus begitu saja. Dicky, memutuskan untuk menikah dengan Rachmawati Soekarno.   Dari pernikahan mereka, lahirlah Didi Mahardika.

Suzanna tinggal bersama dua buah hatinya Arie dan Kiki Maria. Seperti peranya di film yang kebanyakan introvert, aslinya Suzanna juga tak suka mengumbar masalahnya pada orang lain. Tekanan sosial perceraian yang semakin keras karena Suzanna, Dicky, dan Rachma adalah publik figur yang jadi sorotan masyarakat. 

Akhirnya pertahanan perempuan kalem ini rontok juga. Pada suatu saat, sampai titik yang tak sanggup lagi dihadapi. Ia memutuskan, menyudahi hidup bersama kedua anaknya. Bensin sudah membasahi kasur dan seluruh kamar tidur, tinggal menyalakan korek api.

Rencana bunuh diri batal karena Arie, putra pertamanya memohon diberi waktu untuk membahagiakan Mama Suzanna sebelum mati. Suzanna menyerah, ia mengabulkan permintaan Arie untuk melanjutkan hidup mereka.

Tragedi belum berakhir, suatu malam di tahun 1977 Arie dikabarkan terkapar kehabisan darah, ABG ganteng itu, kena tusukan pisau anak seorang pejabat tinggi orde baru.

Arie Adrianus Suprapto, meninggal pada umur 17 tahun. Suzanna yang di film ganas, bengis tanpa ampun hari itu menangis terpuruk dalam luka yang tak akan pernah kering.

Sepeninggal Arie, Suzanna dengan hati yang remuk redam semakin menarik diri dari keramaian. Tetap aktif di film, tetapi datang tepat pada saat ia take sudah ready dengan busana dan makeup lalu segera menghilang begitu selesai.

Kebiasaan menyendiri perempuan yang sedang stress ini, mulai dikaitkan dengan cerita-cerita klenik. Perempuan yang merasa disalahkan dan dikalahkan dalam dunia nyata, katanya beralih mencari dukungan pada dunia samar-samar.

Kontroversi semakin memanas, setelah sembilan tahun menjanda pada bulan Mei 1983 Suzanna memutuskan menikah dengan Clift Sangra. ABG, lawan mainya dalam film Sangkuriang. Suzanna berumur 40 tahun dan Clift saat itu berumur 17 tahun.

Kenapa harus Clift, apa tidak ada lelaki yang agak tuaan dikit yang naksir sama Tante Suzanna?

 Tentu saja ada yang naksir bintang film cantik sekelas Suzanna, terlalu banyak malah. Tak ada gosip yang terdengar, soal Tante Suzanna yang demen brondong. Apakah ini semacam Oedipus Complex?

Oo la la, sedikit terkesima ketika browzang-browzing dan menenukan gambar-gambar lama dari Clift saat main sebagai Sangkuriang. Mungkin, bukan cinta sepasang kekasih, ala Rafi Ahmad-Yuni Shara yang mereka jalani. Ada kemiripan antara almarhum Arie dengan Clift.

Clift sekilas mirip Arie, umurnya juga sebaya saat Arie meninggal. Clift mungkin mengisi ruang kosong di hati seorang Ibu yang ditinggal mati anak dengan cara tragis. Mama Suzanna seperti menemukan tempat untuk mencurahkan kasih sayang dan kesedihan yang tak bisa diungkapkan saat sang anak meninggal. Clift membangkitkan semangat hidup seorang perempuan yang ditinggal suaminya kawin lagi dan ditinggal mati anak bujangnya.

Tragedi dan misteri terus belanjut, sampai akhirnya Mama Suzanna meninggal pada 15 Oktober 2008. Tak ada kamera TV apa lagi siaran langsung ,yang mengantarkan Ratu Film Horor Indonesia. Beritanyapun, baru tersebar setelah dia dimakamkan. Dimakamkan, satu liang bersama orang paling berarti dalam hidupnya Ibunda dan anaknya Arie.

RIP Suzanna, seperti kata pepatah patah tak tumbuh lagi hilang tiada ganti.****donasaurus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun