Mohon tunggu...
Rahma dona
Rahma dona Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

http://donasaurus.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Obyek Wisata Palembang 80 Hari Menjelang Asian Games 2018

28 Mei 2018   13:09 Diperbarui: 30 Mei 2018   04:54 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak juga yang salah kira, bahwa Kampung Kapitan itu adalah nama Restoran  yang kebetulan dibuat sama namanya dengan nama kampung dan berlokasi tepat di depan Rumah Kapitan .Tidak pula ada penunjuk dari arah Dermaga 7 ulu Sungai Musi dimana lokasi Rumah Kapitan. 

Komplek perumahan keluarga Kapitan berada di area seluas 165,9 x 85,6 meter persegi. Tjoa Ham Hin, adalah generasi ke sepuluh keluarga Tjoa yang pada tahun 1880 diangkat pemerintah kolonial menjadi Kapiten untuk komunitas Tionghoa. 

Dahulu, kampung ini berada di atas air karena tepat berada di tepi Sungai Musi. Sampai saat ini, kedua rumah peninggalan Kapitan Tjoa masih dihuni oleh keluarganya. Hanya bagian depan dan beberapa kamar yang dilengkapi perabot seadanya yang terbuka untuk umum.

Rumah Kapitan sekarang sudah amat sangat lebih baik kondisinya setelah renovasi dan pembangunan taman dan pagoda di halamanya. Beberapa event yang mengambil moment hari besar Tionghoa pernah diadakan di sini. Sudah pula dibangun kios kuliner dan souvenir di selatan rumah. Sejak dibangun sampai saat tulisan ini tayang menurut masyarakat yang berdomisili di sekitar tidak ada kegiatan apapun.

dokpri
dokpri
Lokasi di tengah perkampungan rawan ekonomi, dengan segala pernak-perniknya.

Kemacetan, sulit akses masuk dan resiko keamanan membuat banyak warga Palembang yang belum pernah berkunjung ke Rumah kapitan meskipun tanpa tiket alias gratis.

Tidak ada gimic pendukung seperti perabot rumah tangga atau atraksi reguler yang membuat orang tertarik berkunjung.

Kurang agresifnya pemilik ODTW dan instansi terkait dalam mengarahkan wisatawan yang mampir ke Benteng Kuto Besak untuk berkunjung ke Rumah Kapitan.

 Pada hal diakhir pekan dan musim liburan sekolah Benteng Kuto besak yang berada di seberang Rumah Kapitan penuh sesak dengan wisatawan terutama anak sekolah. 

Masalah yang kurang lebih sama juga ditemui di Kampung Al Munawar dan Bait Al Quran 

Semua kekurangan itu bisa diatasi, oleh seorang Pramuwisata yang tahu tugasnya. Sebuah mangkok nasi bisa diolah jadi cerita menarik.Cerita yang melibatkan pengrajinya di negeri China, para saudagar Arab yang membawanya ke Palembang dan tadisi kuliner Palembang. Lalu diakhiri dengan cerita epik runtuhnya Kesultanan Palembang. Wow para wisatawan akan terpesona dan punya oleh-oleh cerita menarik tentang sebuah mangkok nasi  dari Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun