Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Ketertarikan Prabowo Subianto Mengakuisisi Fregat Bremen Class Ship

2 Agustus 2020   15:14 Diperbarui: 3 Agustus 2020   14:38 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Selam Bertenaga Nuklir milik China (sumber. nationalinterest.com)

Setelah dilantik menjadi Menteri Pertahanan, segala aktivitas Menteri Pertahanan Prabowo Soebianto selalu menjadi incaran media. Begitu juga dengan kunjungan beliau ke luar negeri selalu dikaitkan dengan pembelian alutsista. Ketika beliau berkunjung ke Rusia, media akan membahas pembelian Sukhoi SU 35, ke Prancis, rencana pembelian Jet Tempur Rafale dan kapal selam Scorpene menjadi pembahasan. 

Nah, ketika beliau berkunjung ke Turki, dikaitkan lagi dengan pembelian Fregat Gowind Class.  Ini masalahnya apa ya, media dan netizen sepertinya menjadi autis ketika membahas alutsista  atau dalam kerangka berpikir positif, hal ini merupakan perwujudan kerinduan media dan netizen yang menginginkan pembelian alutsista gahar dan bertekhnologi canggih.

Di masa pandemi ini, Kementerian Pertahanan tidak bosan-bosannya memberikan kejutan, setelah rencana pembelian Pesawat Tempur Typhoon bekas, pesawat tilt rotor MV-22 Osprey, sekarang netizen dikejutkan lagi dengan rencana akuisisi Fregat AL Jerman, dari kelas Bremen. Pelan-pelan Pak Prabowo, awas netizen terkena serangan jantung.. he.he.he.

Dikutip dari media yang khusus membahas seluk beluk dunia militer, Janes Defence, ketertarikan Indonesia  mengakuisisi fregat ini adalah, demi menjaga tingkat kesiapan Armada AL Indonesia, untuk sementara, sebelum pembangunan kapal pengganti selesai.

Seperti penulis sudah bahas sebelumnya di artikel Menuju TNI 4.0 dan Frigate Pengganti Van Speijk Class, kalau  membandingkan tingkat ancaman aktual saat ini, harus diakui tingkat kesiapan armada laut TNI, terutama kapal perang jenis pemukul memang sangat rendah. Hal ini disebabkan proses akuisisi alutsista yang lambat dan tidak sesuai dengan rencana yang sudah tercantum di Daftar Belanja Minimum Essential Force (MEF) tahap 2, dalam hal ini, merujuk pengadaan alutsista di matra laut.

Sebagai contoh, pengadaan light fregat jenis Sigma PKR 105 m sebanyak 20 unit, yang direncanakan sebagai pengganti Fregat  Kelas Ahmad Yani sebanyak 6 unit dan korvet kelas Parchim sebanyak 14 unit, hanya 2 kapal yang terealisasi yaitu KRI RE. Martadinata dan KRI I Gusti Ngurah Rai, sampai saat ini belum ada kabar penambahan. Demikian juga dengan kontrak kapal selam Batch 2 dari jenis Improved Changbogo dari Korea Selatan, masih belum ada kejelasan sampai dengan saat ini.

Penulis yakin, saat ini, Pak Prabowo pasti merutuk dalam hati, apa sih kerjaan Menhan yang dulu, kok macet semua nih, fokusnya sih cuma Bela Negara doang... ha.ha.ha. Bagaimana tidak, semua permasalahan di MEF II, dengan time line tahun 2014 - 2019, ditimpakan ke Menhan yang baru, Pak Prabowo.  Semangat dong Pak Prabowo, lah namanya kerjaan, harus selesai, begitu :-).

Tingkat kesiapan kapal perang berjenis kapal pemukul, yang dimiliki TNI AL saat ini, memang sangat rendah. Fregat kelas  Ahmad Yani yang dulunya berjumlah 6 unit, sekarang tinggal 5 kapal, kapal ini seharusnya sudah pensiun semua, karena sangat tidak ekonomis memelihara kapal yang sudah berusia 60 tahun. Begitu juga dengan armada anti kapal selam, jenis Parchim class, yang dulunya 16 unit, sekarang hanya tinggal 14 unit, dengan catatan, sebagian besar kapal yang tersisa tidak lagi mempunyai kemampuan perang anti anti kapal selam.

Melihat tingkat ancaman aktual saat ini, yaitu semakin asertifnya China di Laut China Selatan, membuat TNI AL harus menyiapkan contingency plan, dalam rangka menghadapi potensi konflik terbuka disana. Apalagi berita terbaru, seiring peningkatan teknologi China, kemampuan kapal selam nuklir China juga meningkat pesat. 

Kabarnya, China sudah menyelesaikan masalah tingkat kebisingan, yang menjadi momok bagi kapal selam China selama ini, artinya dengan kemampuan nuklir dan jarak jelajah yang tidak terbatas, TNI AL harus bersiap menghadapi kapal selam nuklir China yang menyusup masuk ke perairan Indonesia atau hanya sekedar melewati Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Kapal Selam Bertenaga Nuklir milik China (sumber. nationalinterest.com)
Kapal Selam Bertenaga Nuklir milik China (sumber. nationalinterest.com)
Ancaman dibawah laut inilah, yang mungkin mendasari keinginan Pak Prabowo untuk mengakuisisi Fregat Kelas Bremen ini. Mengutip laman Wikipedia, fregat ini memang dibangun dengan fungsi asasinya, memburu kapal selam dan menghadapi ancaman di bawah permukaan.

Keberadaan kapal selam nuklir negeri Panda ini memang sangat mencemaskan. Tidak mengherankan, ancaman ini membuat negara-negara besar yang berkepentingan seperti AS, Jepang, Korea Selatan, India dan  Australia sangat serius mempersiapkan alutsista yang khusus bertugas menghadapi ancaman kapal selam China ini.

AS sudah mengerahkan Kapal Selam pemburu kelas Los Angeles dan Pesawat Maritime Patrol Aircraft (MPA) Boeing P-8 Poseidon di Laut China Selatan, Jepang berencana menambah kapal selam kelas Soryu, Korea Selatan sudah menambah kapal selam U-214 yang dilisensi dari Jerman,  India sendiri sudah menurunkan Boeing P-8 Poseidon di Laut Andaman, ditambah Australia yang berencana mengkombinasikan pesawat MPA Boeing P-8 Poseidon dengan UAV Triton untuk mengawasi pergerakan kapal selam Nuklir China.

Nah, berdasarkan semua alasan tersebut, bisa  diambil kesimpulan, keinginan Menhan untuk megakuisisi Fregat kelas Bremen tidak ujuk-ujuk muncul begitu saja. Keinginan beliau itu, semata-mata untuk mempertahankan kesiapan armada laut TNI AL (sebelum Fregat kelas Iver Huitfeldt selesai dibangun), mengingat tingkah China yang semakin kasar dan susah ditebak. 

Semoga netizen jangan terlalu reaktif dengan rencana-rencana pembelian alutsista, bisa kena serangan jantung loh, karena berita mengejutkan, tidak berakhir sampai disini. Karena setelah ini, ada isu yang masih simpang siur, perihal rencana Menhan untuk memborong Jet Tempur Rafale sebanyak 48 unit dari Prancis. Mari bersiap-siap :-)

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun