Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Butuh Poros ke-3, Bukan Kadrun dan Bukan Cebong

14 Juli 2020   02:21 Diperbarui: 22 Juli 2020   21:23 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi ini membuat kehidupan berdemokrasi tidak sehat. Bukannya esensi demokrasi adalah menghargai kebebasan berekspresi dan berpendapat? Demokrasi yang sehat mampu menghargai perbedaan dan setiap warga negara dijamin kebebebasannya untuk mengutarakan ide dan pemikirannya. Dalam dinamika berdemokrasi, negara butuh orang waras yang berakal sehat serta mampu melihat setiap persoalan dengan dengan jernih,  mana yang benar dan mana yang salah.  Tetapi keberadaan kubu kampret dan cebong ini membuat situasi politik mengalami kebuntuan. Masyarakat digiring untuk memihak salah satu dari kedua kubu ini, masyarakat seperti tidak punya pilihan lain. Alhasil,  masyarakat dan politikus risih mengeluarkan pendapat yang berbeda, karena bisa dipastikan salah satu dari kedua kubu ini, memberi label cebong atau kadrun. 

Situasi ini tidak bisa dibiarkan,  Indonesia butuh poros baru. Poros yang  mengakomodasi masyarakat waras berakal sehat.  Masyarakat yang mampu mengkritik pemerintah ketika salah dan  dengan sportif  memuji pemerintah ketika berada dalam trek yang benar. Meskipun tidak bersuara nyaring, masih lebih banyak masyarakat Indonesia yang ingin kehidupan demokrasi dan politik berjalan normal dan sehat. Sejarah membuktikan, Indonesia pernah menginisiasi Gerakan Non Blok, gerakan yang bertujuan tidak mau terjebak dalam perang dingin antara kubu Timur dan Barat. 

Selamat tinggal cebong dan kadrun. Kami akan membuat poros baru, poros masyarakat waras berakal sehat.

Salam

Prediksi Pertandingan Premier League Chelsea vs Norwich City

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun