Tag-lah namaku disana, maka akan kubeli koranmu hari ini juga!
Maaf jika saran ini terlalu blak-blakan. Tapi, seperti yang Pak Hilman utarakan, kami generasi Y ini punya kalkulasi luar biasa soal apa yang kami dapat dan apa yang kami keluarkan. Dengan modal sekian rupiah saja yang dikonversi menjadi beberapa byte kuota, saya bisa merasakan kesenangan ketika postingan FB saya dilike orang. Saya berjingkrak ketika cuitan saya tentang resolusi mengakhiri kejombloan di tahun 2016 ternyata berhasil menambah follower Twitter saya. Belum lagi, kalau foto saya yang lagi mengantuk menunggu antrian bus Trans Jakarta mendapat banyak like di Instagram. Atau ketika tulisan copas saya dari sebuah akun wordpress yang digali dari Archive.Org ternyata malah mendapat banyak nilai di Kompasiana.
Semua itu menyenangkan, pak.
"Tapi, khan hanya menyenangkan saja. Tidak ada pengetahuan baru yang didapat"
Benar, Pak. Inilah kami generasi Y. Lagipula, untuk apa pengetahuan ditimbun di kepala, kalau tidak ada hubungan langsung dengan saya?
Kalau saya mau tahu apa-apa, saya tinggal Google, Bing, Duckduckgo, StumbleUpon atau mencarinya di pencarian Facebook dan Twitter. Lagipula, kami tidak perlu tahu banyak hal kok, Pak. Yang penting kami tahu mencarinya dimana. Begitulah kira-kira aspirasi egois dari kami generasi Y. Persis seperti ditulis Dawkins: Kami punya Selfish Genes, pak.
Maka, sekali lagi, jika Bapak dan para punggawa media cetak itu ingin memperlambat datangnya uzur, tag-lah nama saya.
Mention-lah nama mantan saya. Poke-lah teman-teman sealmamater saya. Hanya dengan itu kami merasa disapa. Hanya dengan begitu kami akan merasa engaged dengan Bapak.
Mengapa engagement itu perlu?
Iya, pak. Zaman sudah berubah. Kami tidak mau lagi sirkulasi informasi yang memaksa kami didikte. Kami sudah punya web 2.0. Kami sudah terlanjur menikmati kemewahan yang ditawarkan fitur User Generated Content di setiap wiki dan media sosial, Pak. "Content is the King", iya itu benar, pak. Itu sebabnya, di bangku kuliah, kami lebih bangga jika disebut sebagai pembaca kompas daripada pembaca berita koran lampu merah dengan berita esek-eseknya.
Tapi jangan lupa, pak, sekarang sudah ada revisinya:
"Content is the King, Engagement is the Queen".