Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Selamat Menyambut Natal: "Datanglah Ya Raja Damai!"

3 Desember 2024   18:39 Diperbarui: 3 Desember 2024   18:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pdt. Dr. Desi Nainggolan, M.Th dalam penyampaian firman Tuhan (Dok. pribadi)

Selamat Menyambut Natal: "Datanglah Ya Raja Damai!"

Ibadah Minggu pagi di Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) jemaat Nain Bandung, tepat di awal bulan Desember (01/12/2024), berlangsung penuh hikmat dalam suasana damai dan sukacita.

Dimulai tepat jam 08.00 Wib., jemaat yang memenuhi gedung gereja itu diajak masuk dalam ibadah dan merasakan hadirat Tuhan dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang dipimpin oleh worship leader, bapak Efer Alexander T, dan musik pengiring oleh tim musik GMII Nain Bandung.

"S'kali Yesus selamanya Yesus, harapanku takkan hilang ... ", penggalan lirik lagu pujian pembuka itu, menyatukan suara seluruh jemaat dalam pengagungan dan syukur pada Tuhan.

Lagu pujian tersebut dan yang lainnya tak hanya sekadar berisi pujian namun pengajaran yang menyatu indah terdengar hingga bagian penting ibadah itu, penyampaian pesan atau Firman Tuhan.

Seruan Pengharapan Dalam Sikon Tak Menentu

Pdt. Dr. Desiana Nainggolan, M.Th memimpin penyampaian firman Tuhan dengan membicarakan tema, "Datanglah Ya Raja Damai", dari teks Alkitab Yesaya 9:5-6, bagian yang mengkisahkan nubuatan kedatangan Mesias atau Juru selamat, yaitu Yesus Kristus sebagai Raja damai.

Menarik, mengawali penyampaiannya pada ibadah minggu pertama masa Adven Natal itu,  Pdt. Desi menyetir soal tema yang ia bicarakan, "Datanglah Ya Raja Damai", bernada tak mengenakan, bertolak belakang dari suasana Natal pada umumnya yaitu sukacita.

Kenapa? Karena sesungguhnya latar teks itu, tempat di mana tema itu digagas terjadi banyak konflik dan kesulitan tak hanya secara politik namun juga secara sosial dihadapi oleh umat Tuhan. Situasi dan kondisi mereka tak mengenakkan, hadapi kesusahan dan penderitaan saat itu.

Dengan latar itu menurut Pdt. Desi, tema tersebut menjadi sebuah seruan pengharapan dalam sikon tak menentu yang sesungguhnya adalah gambaran kita, orang percaya saat ini sebelum mengalami kehadiran Raja Damai dengan  pengharapan yang dibawah Nya dalam hidup.

Namun menarik menurutnya di dalam sikon tersebut, umat Tuhan penerima nubuatan ini menunjukkan bahwa pengharapan mereka pada Tuhan tak hilang. Di tengah sikon itu mereka justru berharap datangnya pemimpin yang akan menolong, yang mereka nantikan.

Menurut pendeta yang juga sekaligus dosen pada Sekolah Tinggi Teologi  Bandung itu, hal tersebut adalah point baik dan penting yang patut dimiliki oleh setiap jemaat Tuhan saat ini, yaitu berharap pada Tuhan dan menanti pertolongan Nya di dalam setiap kesusahan hidup yang dialami.

Bpk. Efer Alexander T, bersama tim pemuji dan pemusi GMII Nain Bandung (Dok. pribadi)
Bpk. Efer Alexander T, bersama tim pemuji dan pemusi GMII Nain Bandung (Dok. pribadi)

Ajakakan Hidup Berpengharapan Dalam Raja Damai

Dalam uraiannya Pdt. Desi mengemukakan bahwa gambaran sikon tak menentu penuh derita dalam teks Alkitab itu dan gambaran yang sama banyak ditemukan dalam bagian lain Alkitab adalah sebuah gambaran natural yang akan dialami dan perlu disadari setiap orang sebagai pendatang dalam dunia ini.

Kesadaran akan kenaturalan atau kewajaran hidup semacam itu, menurutnya patut disyukuri oleh setiap orang Kristen jika ia memiliki pergumulan dan masalah hidup. Sebuah kesadaran yang dapat mencegahnya dari kekaburan hidup di dunia, sebaliknya menuntunnya hidup jelas dalam pengharapan akan Raja Damai sebagaimana dikemukakan dalam teks Alkitab itu.

Melalui teks Alkitab yang dibacakan dalam ibadah Minggu pagi itu, Pdt. Desi lalu mengajak jemaat untuk hidup dalam pengharapan akan Raja Damai dengan memperhatikan beberapa hal memalui teks tersebut.

Pertama, hidupi pengenalan yang benar akan Tuhan yang beri pengharapan.

Dorongan kuat akan pengenalan ini adalah sebuah kebutuhan karena bukan hanya menjadi seruan dalam bagian teks Alkitab ini tetapi dalam banyak bagian Alkitab. Dorongan itu juga begitu penting karena Tuhan Sang pemberi pengharapan itu telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan umat Nya.

Menurutnya, masalah akan selalu hadir dan terjadi dalam hidup umat namun penegasannya adalah jemaat harus terus membangun pengenalan yang benar akan Tuhan sumber pengharapan itu.

Itulah juga yang bisa dimaknai jemaat dari Natal, walau banyak persoalan hidup namun selalu datang pengharapan lewat apa yang dibawa Yesus dalam kelahiran Nya.

Selamat Menyambut Natal GMII Nain Bandung (Dok. pribadi)
Selamat Menyambut Natal GMII Nain Bandung (Dok. pribadi)

Kedua, berpengharapan di tengah kesesakan adalah keniscayaan.

Menurut Pdt. Desi itulah juga yang sudah jemaat jalani di dalam hidup. Sebagaimana derita masalah kehidupan adalah sebuah kewajaran yang akan selalu dihadapi, maka sama demikian pengharapan pada Tuhan adalah sebuah keniscayaan untuk hadapi dan lepas dari derita hidup.

"Kehidupan kita menjadi tidak tergoyahkan oleh karena pengharapan yang teguh di dalam Tuhan," tegas Pdt. Desi ketika menekankan makna bahwa benar pengharapan itu adalah sebuah keniscayaan.

Menarik di sini ia membuat sebuah evaluasi kelaziman cara hidup jemaat yang paham dengan baik kebenaran soal pengharapan itu namun tak mengalaminya dalam hidup karena hanya berhenti di kepala tak selanjutnya turun ke hati dan sikap laku jemaat.

Ketiga, melihat terus pada karakteristik Mesias yang digambarkan dari teks Alkitab tersebut.

Mesias itu dinyatakan sebagai Penasihat Ajaib, Perkasa, Raja Damai. Gambaran karakteristik itu menarik, tersusun semakin menegaskan siapa Mesias itu di dalam karakteristik, karya dan keberadaan Nya bahwa Ia adalah dasyat.

Dengan gambaran demikian maka seruan datanglah Raja Damai dalam teks Alkitab itu, menurutnya mengapa jemaat harus takut jalani hidup. Sebuah ajakan untuk jemaat tidak perlu takut hadapi apapun masalah kehidupan karena memiliki seorang pribadi dengan karakter yang tidak ada seorang pun sama seperti Dia.

Rangkaian pesan dan ajakkan lewat pemberitaan firman Tuhan Minggu pagi itupun diakhiri dengan baik. Tak pelak saya menikmati dan menerima berkat lewat pelayanan firman Tuhan juga keseluruhan ibadah.

Sebelum doa berkat disampaikan oleh ibu Pdt. Erly Bartkombawah, S.Th sebagai gembala jemaat menutup ibadah, jemaat diajak menyatu bersama, satu suara memuji ...

" ... Penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. Sambutlah Dia, Yesus Tuhan, Juru selamat Dunia."

Pengajaran isi lagu yang tak hanya kembali menguatkan pesan firman Tuhan pagi itu, namun juga seakan mengingatkan jemaat dalam salam ...

"Selamat menyambut Natal!" []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun