Banyak kegiatan mental dan fisik yang dapat dilakukan secara bersama oleh para lansia. Misalnya, kegiatan di pagi hari dapat dilakukan dengan ibadah bersama. Selanjutnya kegiatan fisik di pagi hari dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing lansia, misalnya jalan kaki, senam, dan olahraga ringan lainnya.
Kegiatan bersama lain menyusul di tengah hari, misalnya dengan membagikan kertas kosong dan membiarkan mereka "berkarya", entah menggambar, menulis sajak, surat, mengarang cerita atau menceritakan pengalaman masa lalu, melipat kertas dan lain-lain. Hasil karyanya dapat dibacakan, diperlihatkan pada sesama lansia.
Menyanyi bersama/karaoke bersama, sendiri-sendiri atau berkelompok, dan ada juri/tim penilai, merupakan kebersamaan yang menyenangkan. Apalagi jika disediakan hadiah entah buku, makanan atau apa saja yang disesuaikan dengan kuangan panti werda.
Para lansia juga bisa diatur untuk membantu menyiapkan bahan makanan untuk dimasak, seperti memetik akar tauge, memotong, menyiangi dan membersihkan sayur, mengupas kentang, wortel, dan lain-lain yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Sekali-sekali mereka bersama pergi berekreasi ke luar, ke taman bunga atau alam yang indah, hal ini menyenangkan bagi mereka. Mereka juga dapat diajak mengunjungi anak-anak di panti asuhan, atau panti werda lain. Hal ini menjadi kesempatan bagi mereka menjadi saluran berkat, membagi kegembiraan dan ungkapan syukur pada pihak lain.
Untuk menghindarkan kemunduran fungsi ingatan, mereka ditolong dengan berkegiatan membaca dengan keras, menghafalkan beberapa ayat kitab suci, bercerita tentang masa lalu, dan bercerita tentang berkat-berkat yang diberikan Tuhan. Banyak kegiatan dapat dilakukan untuk membangun rohani para lansia. Di sini diperlukan juga pembimbing rohani untuk menguatkan iman mereka.
"Saya dapat berteman dengan para lansia yang lain, membagi suka duka bersama dan menjalani hidup bersama. Pembicaraan saya terasa nyambung dengan teman sesama lansia di sini", demikian tegas oma Sumiatun ketika saat itu saya tanyakan apa hal baik yang ia rasakan saat tinggal di panti werda.
Namun sekalipun sejumlah hal baik bisa dikemukakan seperti sebelumnya, terdapat beberapa kegiatan di panti werda yang kurang mendorong lansia untuk aktif dan produktif, misalnya: mereka asyik menonton televisi tanpa melakukan kegiatan apa-apa sehingga membuat mereka menjadi lebih pasif.
Kesimpulan
Di panti werda para lansia dapat menemukan teman yang hampir sama umurnya, bergembira bersama, berbagi cerita bersama. Mendapatkan kemudahan-kemudahan dengan fasilitas-fasilitas yang disesuaikan dengan keadaan lansia. Mereka bahkan mendapat kunjungan-kunjungan sosial dari berbagai pihak. Juga terdapat bimbingan rohani, bahkan disediakan perawat dan dokter jika dibutuhkan.
Dengan demikian pandangan masyarakat budaya Timur yang negatif tentang panti werda agaknya perlu diluruskan. Lansia yang tinggal di panti werda tidak berarti "terbuang" karena mereka tetap memiliki keluarga.
Sekarang kita kembali pada pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, "Tepatkah Panti Werda Jadi Pilihan Tempat Jalani Masa Tua?"