Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Benar Menegur Seseorang yang Melakukan Kesalahan

9 Juli 2024   16:21 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:31 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah di antara Anda yang tidak pernah ditegur atau bahkan menegur orang lain? Ah, rasanya tak satupun! Saya yakin Anda sepakat dengan itu.

Karena keyakinan itu, maka setidaknya kita mafhum bahwa menegur orang lain bukanlah perkara atau pekerjaan yang mudah.

Sebagian orang dengan mudah memberikan teguran, namun dengan cara yang melukai orang yang ditegur. Sementara yang lain enggan untuk menegur demi menghindari perselisihan. Pernah alami kan?

Dengan latar kondisi sebelumnya, maka bagaimana seharusnya kita memberikan teguran pada seseorang? Apa saja kira-kira yang perlu diperhatikan untuk melayangkan teguran itu? Beberapa hal berikut ini mungkin bisa menjawabnya!

Pertama, didasari motivasi yang tepat.

Seringkali sebuah teguran berubah rupa menjadi sebuah penghakiman karena didasarkan pada kesombongan menganggap diri lebih baik dari orang lain.

Teguran harus didasarkan pada kasih kepada orang yang kita tegur. Seorang yang dikenal berhikmat, raja Salomo pernah berkata: "Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi daripada orang yang menjilat". (Amsal 28:23)

Kontras antara orang yang menegur dan menjilat menyiratkan bahwa walaupun teguran tersebut dari luar terlihat menyakitkan tetapi di baliknya ada kasih yang mendalam.

Sebaliknya, penjilatan dari luar terkesan manis, tetapi didasarkan pada motivasi yang jahat.

Kedua, isi yang tepat.

Sangat mudah bagi kita untuk melihat kesalahan orang lain. Persoalannya, mengetahui dan menyatakan kesalahan orang lain tidak berarti bahwa kita yang benar.

Tanpa disadari kadangkala kita memberikan teguran yang salah dan tidak berguna. Teman-teman nabi Ayub misalnya, memberikan teguran dengan motivasi yang benar (Ayub 2:11-13), tetapi pada akhirnya TUHAN memandang mereka bersalah dalam perkataan mereka (Ayub 42:7-9).

Ironisnya, Elifas sendiri dalam perbincangannya dengan Ayub sempat mengatakan: "Apakah ia menegur dengan perkataan yang tidak berguna, dan dengan perkataan yang tidak berfaedah?" (Ayub 15:3).

Teguran atau nasihat kita harus disertai perkataan benar dan berhikmat, sebagaimana pernah dinyatakan oleh Paulus: "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya diantara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain ..." (Kolose 3:16).

Juga dengan penuh pengajaran, sebagaimana pernah dikemukakan Paulus: "... nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).

Ketiga, cara yang tepat.

Kitab suci orang Kristen, Alkitab, berkali-kali mengajarkan tentang pentingnya sikap yang benar dalam berkata-kata.

Misalnya, teguran kepada mereka yang keliru harus dilakukan dengan kelemahlembutan (Galatia 6:1). Kesabaran dan kelemahlembutan ini bahkan tetap harus ditunjukkan pada mereka yang suka melawan (2 Timotius 2:24-25).

Banyak kali orang menolak teguran kita bukan disebabkan karena ketidakbenaran dari sisi isi, tetapi oleh sikap kita yang kasar dan kurang menghargai orang tersebut.

Dalam hal ini kelemahlembutan justru akan meredakan kegeraman. Hal ini pernah dikemukakan oleh raja Salomo dalam tulisan hikmatnya: "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." (Amsal 15:1).

Ilustrasi: Cara Benar Menegur Seseorang Yang Melakukan Keslahan. (Sumber: Freepik.com)
Ilustrasi: Cara Benar Menegur Seseorang Yang Melakukan Keslahan. (Sumber: Freepik.com)

Keempat, waktu yang tepat.

Terkait waktu yang tepat dalam menegur, dalam sebuah bagian tulisannya, raja Salomo memberi nasihat: "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak". (Amsal 25:11)

 Di lain bagian ia kembali menularkan untaian hikmat yang sama: "Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!". (Amsal 15:23)

Contoh konkrit dari poin ini adalah sahabat-sahabat Ayub yang justru lebih menolong dan menghibur pada saat mereka hanya berdiam diri selama tujuh hari tujuh malam bersama dengan Ayub (Ay 2:11-13).

Kadangkala kita perlu untuk sementara waktu meratap dengan orang yang berduka, walaupun kedukaan itu disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Hal ini semata demi hidup yang lebih baik dari orang demikian.

Demikian, kiranya beberapa langkah praktis ini berkenan menolong memantik sikap kita yang benar dan baik dalam menegur seseorang. Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun