Orang tua perlu memahami bahwa persoalan gagal beberapa kali bukan hanya wajar tetapi kadangkala tak terhindarkan.
"Anak itu nampak terpukul, penuh raut wajah muram setelah dihujani kata-kata penuh amarah yang menyakitkan hati oleh kedua orang tuanya!"
Begitu ungkap seorang rekan saat menceritakan reaksi seorang remaja, ponakannya, setelah habis dimarahi kedua orang tuanya karena dianggap gagal, menyusul rangkain kelakuan tak patut yang mempermalukan orang tuanya.
Kegagalan sering terasa menyesakkan dan menyakitkan. Sebagian orang melihat kegagalan berpotensi memalukan. Tak heran semua orang berusaha menghindari kegagalan.
Tak terkecuali para orang tua. Mereka cenderung mengupayakan agar anak mereka sebisa mungkin tak mengalami kegagalan. Karenanya ada banyak hal dilakukan demi memastikan hal itu, dari memberikan perlindungan yang berlebihan, mengancam dengan hukuman yang menakutkan, hingga menggunakan kata-kata menyakitkan hati.
Walaupun demikian ada pula orang tua tertentu yang lebih siap menerima kegagalan anak, sementara di sisi yang lain ada yang mengalami kesulitan berdamai dengan keadaan itu.
Bagaimana orang tua menyikapi kegagalan secara bijak atau tepat? Apa langkah yang harus dilakukan?
Langkah pertama dan terutama perlu dilakukan adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang wajar.Â
"Siapa sih yang tak pernah alami kegagalan?" Jelas, tak seorang pun! Ya, semua orang pasti bakal alami kegagalan, kalau tak hari ini bisa jadi nanti. Bahkan dalam kekristenan, semua tokoh yang diceritakan dalam Alkitab - kecuali Yesus Kristus - pernah gagal. Beberapa diantaranya bahkan gagal secara fatal dan mengenaskan.
Dengan kesadaran tentang hal ini orang tua akan ditolong untuk tidak memberikan respons berlebihan, entah secara positif (menghibur dan menguatkan secara berlebihan) maupun negatif (menyalahkan, menegur dan memarahi secara berlebihan).
Respons berlebihan akan semakin menenggelamkan anak seolah-olah kegagalannya begitu serius dan dalam. Orang tua perlu berhati-hati jangan sampai anak menangkap kesan bahwa kegagalan mereka adalah akhir dari alam semesta.
Langkah kedua adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang tidak terelakkan.Â
Langkah ini sama persis dan berkaitan dengan langkah sebelumnya, hanya saja penekanannya berbeda. Dengan menyadari bahwa kegagalan memang sebuah keniscayaan, orang tua tidak akan memberikan perlindungan dan bantuan yang berlebihan kepada anak mereka. Tidak peduli seberapa besar perhatian orang tua pada anak, anak tetap akan menghadapi kegagalan.
Tugas utama orang tua bukan menghindarkan anak dari kegagalan, melainkan melatih mereka untuk meresponi kegagalan dengan benar. Seorang anak yang selalu dituntut berhasil dan dilindungi secara berlebihan justru akan mudah gagal dalam menghadapi kegagalan. Anak demikian cenderung menutupi kegagalan, memberikan pembelaan atau mengkambing hitamkan, entah orang lain, keadaan, atau Tuhan.
Orang tua perlu memahami bahwa persoalan gagal beberapa kali bukan hanya wajar tetapi kadangkala tak terhindarkan. Yang penting adalah bangun kembali, seperti dikemukakan salah satu bagian Alkitab: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali." (Amsal 24:16a).
Langkah ketiga adalah orang tua juga perlu untuk memberikan dukungan seperlunya kepada anak.Â
Walaupun pemberian penghiburan dan penguatan secara berlebihan adalah kontraproduktif, namun bukan berarti orang tua tidak memberikan dukungan apa-apa.
Sebuah pelukan misalnya, seringkali memberi kekuatan yang melebihi berjuta-juta perkataan.
Memberikan beberapa kalimat dorongan yang tepat juga membuat anak tidak patah semangat.
Mengungkapkan apresiasi atas usaha anak akan memberikan pelajaran penting bahwa proses lebih penting daripada hasil.
Jika anak belum siap mendiskusikan kegagalannya, orang tua tidak perlu memaksa. Anak kadangkala membutuhkan waktu sendirian untuk berduka dan introspeksi diri. Katakan kepada mereka bahwa kita siap menjadi pendengar yang baik kapanpun mereka membutuhkannya.
Langkah keempat adalah orang tua bisa membimbing anak untuk bisa menarik pelajaran spiritual dan moral dari kegagalan mereka.
Anak-anak perlu dibimbing untuk berani merengkuh kegagalan tanpa menyalahkan apapun maupun siapapun. Mereka perlu diajar bahwa setiap pelajaran adalah berharga, jauh melebihi semua kerugian dan kesakitan dalam kegagalan.
Anak perlu diajar bahwa kegagalan sesungguhnya adalah orang yang tidak mau belajar dari kegagalan. Apakah anak terlalu terburu-buru dan kurang berhikmat dalam mengambil keputusan? Apakah anak kurang berusaha dengan sungguh-sungguh? Apakah anak terlalu menggampangkan tantangan? Deretan pertanyaan ini tentu saja masih dapat diperpanjang.
Pelajaran akan lebih lengkap apabila orang tua juga mau belajar dari kegagalan anak-anak. Mungkin orang tua kurang memberi arahan dan dukungan? Mungkin orang tua terlalu berlebihan memberikan tuntutan dan tekanan pada anak-anak? Deretan pertanyaan ini juga masih bisa diperpanjang.
Langkah kelima adalah soal pemberian konsekuensi.Â
Langkah ini sekilas bertentangan dengan semua nasihat positif sebelumnya. Namun, dalam kenyataannya tidak demikian. Seandainya kegagalan disebabkan oleh kesalahan anak, orang tua perlu menolong mereka untuk berani bertanggung-jawab. Belajar dari kesalahan adalah satu hal. Menanggung akibat dari kesalahan itu adalah hal yang berbeda. Dua-duanya penting bagi kedewasaan anak-anak.
Langkah keenam, langkah yang terakhir adalah orang tua juga harus menunjukkan kasih tanpa syarat kepada anak.Â
Keberhasilan maupun kegagalan anak-anak tidak seharusnya mendefinisikan siapa mereka di hadapan orang tua. Kasih orang tua tidak ditentukan oleh prestasi anak-anak. Sama seperti Tuhan Sang Penyayang mau menerima kita apa adanya dengan semua kegagalan dan kehancuran kita, demikian pula orang tua harus menerima setiap anak dengan penuh cinta tidak peduli seberapa besar pencapaian mereka.
Demikian enam langkah bijak yang dapat diterapkan seorang ayah atau ibu sebagai orang tua dalam menyikapi kegagalan anak-anaknya. Semogah bermanfaat![]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H