Memang semua orang perlu ditolong, tetapi bentuk pertolongannya tidak selalu harus sama dengan yang dia minta. Jikalau apa yang diminta salah atau berakibat buruk bagi dia, pemberian kita justru merupakan tindakan kejahatan bagi dia.
Contoh, seorang pengangguran tidak boleh terus-menerus diberi tunjangan untuk seluruh kebutuhannya. Dalam kekristenan kebaikan semacam itu dianggap melanggar salah satu perintah Tuhan, demikian: "Kami memberi peringatan ini kepadamu: jika seorang tidak mau berkerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).
Ini juga kurang menghargai kehormatan orang itu sebagai ciptaan Allah. Setiap orang adalah ciptaan Allah dan diberi tugas untuk memainkan peranan di bumi (Kejadian 1:26-27). Maka, seorang pengangguran seharusnya membutuhkan pekerjaan, bukan tunjangan.
Ketiga, pemberian kesempatan.Â
Kita cenderung lebih mudah curiga daripada percaya. Sikap ini menjadi sangat kentara jika orang lain sudah terbukti memang kurang bisa dipercaya. Kita menutup kesempatan kedua. Terhadap kondisi ini kita biasa lebih mengedepankan keadilan daripada belas kasihan. Kita tidak mau memberikan kesempatan.
Dalam kekristenan sikap ini tidak sesuai dengan Injil. Dalam Injil kita melihat kasih Allah yang pantang menyerah bagi kita yang sering membuat Dia marah. Seandainya Dia selalu membalaskan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tidak ada satupun dari kita yang masih bisa bertahan sampai sekarang. Namun Dia selalu memberi kesempatan.
Resiko selalu ada jika jalur ini yang ditempuh. Kita bisa saja ditipu dan dikecewakan oleh orang lain. Tapi itulah harga sebuah kasih. Tidak ada kasih yang tanpa luka. Selama kita sudah menghitung dan siap dengan semua risikonya, tidak ada salahnya kita memberi kesempatan berikutnya.
Apa yang kita kurbankan mungkin tidak seberapa bagi kita (karena kita sudah perkirakan sesuai kemampuan kita), tetapi akan menjadi sangat berarti bagi orang tersebut.
Keempat, hal terakhir adalah ungkapan kasih yang berbeda.
Sesudah semua upaya untuk menolong seseorang sebelumnya dilakukan, belum tentu orang itu akan menghargai. Sampai suatu ketika kita mungkin perlu mengatakan "tidak" untuk permintaan tolong orang tersebut. Kita tidak bisa lagi memenuhi apa yang diminta. Artinya orang itu telah menjadikan semua kebaikan kita sia-sia.
Walaupun demikian, situasi itu janganlah menjadi akhir dari relasi kita dengan dia. Masih banyak cara lain untuk menyatakan kebaikan dan belas kasihan kepada orang tersebut. Mungkin sekadar menanyakan kabar. Atau sekadar mengirimkan bingkisan kecil untuk menyatakan perhatian dan memberikan dukungan.
Dan yang paling penting walau tak diketahuinya, kita tetap bisa mendoakan orang itu. Mintalah kepada Allah agar orang itu diberi hidayah untuk mengubah hatinya. Minta juga supaya kita diberi kesempatan lagi untuk berbuat baik kepadanya.