Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Anda yang Sering Dimanipulasi Karena Terlalu Baik, Perlu Perhatikan Ini!

26 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 27 Juni 2024   13:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Sering Dimanipulasi Karena Terlalu Baik" (Freepik.com)

"Memang semua orang perlu ditolong, tetapi bentuk pertolongannya tidak selalu harus sama dengan yang dia minta."

Anda mungkin adalah seorang yang baik hati, cepat iba dan ringan tangan untuk menolong orang lain.

Mungkin juga Anda adalah seorang hamba Allah yang murah hati, tak ingin lalai melakukan hukum agama dalam mengasihi atau memperhatikan sesama yang sering menemui Anda untuk minta pertolongan.

Lepas dari apapun motivasi Anda, Anda perlu kembali ingat bahwa situasi ini kerap dimanfaatkan oleh orang lain. Kebaikan kita sering rawan dieksploitasi sedemikian rupa untuk kepentingan mereka.

Tak jarang permintaan tolong mereka menempatkan kita pada situasi dilematis: jika ditolak nanti menimbukan kesan bahwa kita orang yang kekurangan kasih apalagi dibilang tak punya hati. Tetapi kalau diiyakan nanti memberi orang itu kesempatan untuk terus memanfaatkan.

Pernah alami situasi dilematis ini? Bagaimana sebaiknya kita menyikapinya? Yok, Simak berikut ini!

Pertama, hal yang kita perlu pahami adalah kewajaran dari situasi ini.


Walaupun apa yang wajar tidak identik dengan apa yang benar, tetapi itulah keadaannya. Kita tidak boleh kaget, lalu menjadi tawar hati.

Dunia kita ini adalah dunia yang penuh dosa dan dihuni oleh orang-orang berdosa. Maka kebaikan apapun bisa disalahgunakan untuk keburukan. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha untuk tidak dimanipulasi, selalu akan ada orang yang "berhasil" memanfaatkan kebaikan kita.

Supaya kita tidak terlalu marah dengan situasi ini, cobalah lihat diri kita sendiri dalam relasi dengan Allah. Kita juga sering menyalahgunakan kebaikan Allah. Kita kurang menghargai pengampunan-Nya yang melimpah. Tak jarang kita menganggap sepi nikmat rahmat-Nya.

Ilustrasi
Ilustrasi "Sering Dimanipulasi Karena Terlalu Baik" (Sumber: Freepik.com)

Kedua, perlu mengerti hal keseimbangan dalam memberi.

Pemberian tidak boleh hanya menyatakan kebaikan kita, tetapi juga kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan sebagainya. Sama seperti Allah yang melakukan semua tindakan-Nya tanpa melanggar satupun dari sifat-Nya, demikianlah kita memperlakukan orang lain. Kita juga harus benar, adil, dan berhikmat dalam memberikan bantuan.

Memang semua orang perlu ditolong, tetapi bentuk pertolongannya tidak selalu harus sama dengan yang dia minta. Jikalau apa yang diminta salah atau berakibat buruk bagi dia, pemberian kita justru merupakan tindakan kejahatan bagi dia.

Contoh, seorang pengangguran tidak boleh terus-menerus diberi tunjangan untuk seluruh kebutuhannya. Dalam kekristenan kebaikan semacam itu dianggap melanggar salah satu perintah Tuhan, demikian: "Kami memberi peringatan ini kepadamu: jika seorang tidak mau berkerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).

Ini juga kurang menghargai kehormatan orang itu sebagai ciptaan Allah. Setiap orang adalah ciptaan Allah dan diberi tugas untuk memainkan peranan di bumi (Kejadian 1:26-27). Maka, seorang pengangguran seharusnya membutuhkan pekerjaan, bukan tunjangan.

Ketiga, pemberian kesempatan. 

Kita cenderung lebih mudah curiga daripada percaya. Sikap ini menjadi sangat kentara jika orang lain sudah terbukti memang kurang bisa dipercaya. Kita menutup kesempatan kedua. Terhadap kondisi ini kita biasa lebih mengedepankan keadilan daripada belas kasihan. Kita tidak mau memberikan kesempatan.

Dalam kekristenan sikap ini tidak sesuai dengan Injil. Dalam Injil kita melihat kasih Allah yang pantang menyerah bagi kita yang sering membuat Dia marah. Seandainya Dia selalu membalaskan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tidak ada satupun dari kita yang masih bisa bertahan sampai sekarang. Namun Dia selalu memberi kesempatan.

Resiko selalu ada jika jalur ini yang ditempuh. Kita bisa saja ditipu dan dikecewakan oleh orang lain. Tapi itulah harga sebuah kasih. Tidak ada kasih yang tanpa luka. Selama kita sudah menghitung dan siap dengan semua risikonya, tidak ada salahnya kita memberi kesempatan berikutnya.

Apa yang kita kurbankan mungkin tidak seberapa bagi kita (karena kita sudah perkirakan sesuai kemampuan kita), tetapi akan menjadi sangat berarti bagi orang tersebut.

Ilustrasi
Ilustrasi "Sering Dimanipulasi Karena Terlalu Baik" (Freepik.com)

Keempat, hal terakhir adalah ungkapan kasih yang berbeda.

Sesudah semua upaya untuk menolong seseorang sebelumnya dilakukan, belum tentu orang itu akan menghargai. Sampai suatu ketika kita mungkin perlu mengatakan "tidak" untuk permintaan tolong orang tersebut. Kita tidak bisa lagi memenuhi apa yang diminta. Artinya orang itu telah menjadikan semua kebaikan kita sia-sia.

Walaupun demikian, situasi itu janganlah menjadi akhir dari relasi kita dengan dia. Masih banyak cara lain untuk menyatakan kebaikan dan belas kasihan kepada orang tersebut. Mungkin sekadar menanyakan kabar. Atau sekadar mengirimkan bingkisan kecil untuk menyatakan perhatian dan memberikan dukungan.

Dan yang paling penting walau tak diketahuinya, kita tetap bisa mendoakan orang itu. Mintalah kepada Allah agar orang itu diberi hidayah untuk mengubah hatinya. Minta juga supaya kita diberi kesempatan lagi untuk berbuat baik kepadanya.

Semoga bermanfaat![]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun