Sering kali para pendeta bisa merasakan tekanan yang sangat besar untuk mengutip dan mengambil ilustrasi khotbah dari "realitas" acara-acara televisi, film-film popular atau video-video TikTok maupun YouTube terkini.Â
Solusi terhadap kondisi ini bisa juga dilakukan dengan mengambil ilustrasi dari literatur klasik, semacam buku yang ditulis Dostoevsky, Tolstoy, atau penulis Indonesia seperti, Pramoedya Ananta Toer.
Kenapa literatur klasik? Menurut Tony Reinke dalam bukunya, "LIT! Panduan Membaca Buku bagi Orang Kristen", karena literatur klasik berhubungan dengan orang dan merupakan gudang penyimpanan ilustrasi khotbah yang menyentuh jiwa yang kebanyakan belum dimanfaatkan.
Ketiga, melengkapi khotbah dengan kutipan-kutipan langsung dari buku-buku kehidupan Kristen.
Banyak kutipan buku yang sangat mendalam dan menyentuh hati adalah kutipan-kutipan yang diseleksi dengan cermat dan dibicarakan dalam khotbah.
Para pendeta yang dapat membagikan kutipan-kutipan dari buku tidak hanya menunjukkan pentingnya membaca dan mendorong literasi, tetapi juga secara tidak langsung memberikan rekomendasi buku yang bagus untuk dibaca jemaatnya.
Keempat, memimpin kelompok diskusi buku.
Terdapat banyak buku yang baik tentang  hampir setiap topik bagi setiap kelompok usia jemaat, yang dapat dijadikan bahan diskusi oleh para pendeta dengan jemaatnya demi pertumbuhan rohani mereka.
Pendeta misalnya, dapat memimpin kelompok diskusi remaja, menggunakan cerita fiksi, seperti, "Perjalanan Seorang Musafir", oleh John Bunyan., atau memimpin jemaatnya untuk mendiskusikan novel yang menggugah refleksi rohani, seperti, "The Screwtape Letters", oleh C.S. Lewis.
Kelima, mengadakan perpustakaan gereja atau ruang buku.
Para pendeta sebagai pemimpin dalam gereja dapat mendorong gereja untuk memikirkan dan menyediakan dana yang cukup untuk membangun suatu pepustakaan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan bacaan jemaatnya. Perlengkapan perpustakaan yang disediakan tidak perlu mewah, cukup yang sederhana tetapi berdaya guna maksimal.
Keenam, menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis dengan bacaan dari buku-buku.
Sering kali jemaat di gereja memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat teologis. Jika hal itu terjadi, para pendeta dapat menemukan jawabannya dari buku-buku teologi. Hal lanjut yang dapat dilakukan: fotokopilah halaman-halaman itu, stabilo materi yang bersangkutan, dan berilah pada jemaat untuk dibaca.
Tindakan itu akan menunjukkan relevansi membaca , dan merupakan cara sederhana untuk mengatakan pada mereka bahwa pertanyaan-pertanyaan penting dalam kehidupan bisa terjawab melalui halaman-halaman buku. Ini menunjukkan betapa relevannya buku-buku dengan kehidupan nyata.