Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Kreatif Membumikan

8 Mei 2024   09:55 Diperbarui: 9 Mei 2024   07:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Kreatif Membumikan (Sumber: Freepik.com)

"Sabar ... sabar saja pak Jojon! Anggaplah masalah itu penderitaan atau salib yang harus bapak pikul. Jangan lupa, sabar ya! Tuhan pasti akan menolong."

Tak henti-hentinya nasihat pak pendeta menguasai ruang kepala Jojon. Meski tahu  bahwa masalahnya tak langsung angkat kaki pergi menghilang setelah terimah nasihat itu. Namun malam itu ketika langkah kaki Jojon di ayun menjauhi pekarangan rumah pak pendeta, saat sinar bulan purnama, jalan berbatu krikil kecil, berteman pohon-pohon Mahoni di sisi kiri dan kanan jalan, jadi saksi Jojon membatin berulang-ulang kali, sesekali disertai suara setengah berbisik terdengar ...

"Saya mesti begitu! ... Saya mesti begitu! ... Saya mesti begitu!"

***

Saminggu sudah waktu berlalu sejak malam bertamu ke rumah pak pendeta. Berulang kali sudah Jojon mencoba menahan emosi yang hampir meledak, sabar menghadapi istrinya, Jujun, yang saban hari macam anjing gila, tak berhenti marah-marah. Apalagi kalau sudah berstyle tolak pinggang. Mata melotot. Mulut menganga lebar seperti ikan kerapuh lapar. Lalu ngomel tak b'renti-b'renti, tak ubahnya suara gemuruh guntur berulang kali berupaya mengalahkan cepatnya lari sang kilat.

Namun kali ini ada yang tak biasa dengan Jojon. Hampir setiap kali Jujun marah-marah, Jojon berusaha tenang. Menyambut dengan sikap dingin, sambil bernyanyi. Berulang kali Jujun marah, berulang kali pula Jojon menanggapi dengan menyanyikan lagu yang sama, semacam anak play group yang asyik belajar manyanyikan sebuah lagu baru.

"Papa kenapa? Sedikit-sedikit nyanyi ... sedikit-sedikit nyanyi! Macam suara bagus ajah. Udah pa! Pusing dengarnya, nanti ...

"Nanti apa?! ... Mama 'tu yang kenapa?! ... Marah-marah yang nggak karuan saban hari. Macam ...." Jojon menyahut dengan suara menggelegar, segelegar-gelegarnya. Hilang kesabarannya.

Tiba-tiba seperti suara ombak air laut menarik diri mundur kembali ke laut, sehabis pecah berantakkan pada dinding batu karang tepi pantai, suara Jojon terdengar surut. Sejenak diam. Lalu tiba-tiba dengan setengah suara kembali terdengar ....

"Pikullah salibmu serta pandang tetap, hingga dapatlah mahkota suka senang!" Jojon kembali bernyanyi, setelah tiba-tiba ia teringat nasihat pak Pendeta tempo malam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun