"Derita atau kesulitan hidup apapun yang dialami selalu ada akhir yang baik tergantung bagaimana kita menjalaninya."
Penikmat musik rohani Kristen di Indonesia mungkin mengenal penyanyi sekaligus pencipta lagu rohani, Robert dan Lea Susanto, duo vokal yang mulai dikenal sejak akhir tahun 1980. Salah satu lagu mereka yang popular dan sering dinyanyikan berjudul, "Jalan Hidup Orang Benar."
Jalan hidup orang benar
Di terangi oleh kuasa firman Tuhan
Jalan Hidup orang benar
Semakin terang hingga rembang tengah hari
Apabila ia jatuh tidaklah dibiarkan sampai tergletak
S'bab tangan Tuhan jua yang menopangnya
Dan membangunkan dia kembali.
Pada masanya lagu itu begitu populer. Mungkin karena liriknya jujur berkisah soal jalan hidup seorang yang percaya pada Tuhan. Jalannya tak mudah. Jatuh bangun. Namun ketika terjatuh dalam derita ada tangan Tuhan yang berkuasa, penuh kasih mengangkat, menjadikan hidup kembali indah.
     Â
Jika memperhatikan lirik-lirik lagu tersebut secara baik, bisa dikatakan lagu itu adalah sebuah lagu komedi, mirip kebanyakan kisah-kisah komedi yang bisa dijumpai di dalam Alkitab.
"Lagu komedi?! Kisah komedi di dalam Alkitab?! Apa-apaan ini? Apa maksudnya?" mungkin Anda kaget apa yang baru saya katakan lalu menanggapi demikian.
Harap tak berburuk sangka. Komedi dimaksud bukan dalam arti cerita lucu yang memicu gelak tawa semacam cerita humor. Tetapi komedi yang dalam ilmu kritik sastra dikenal sebagai sebuah tipe pola cerita yang dinamai, motif alur komedi.
Jadi lagu komedi tadi maksudnya lagu dengan cerita bermotif alur komedi. Kisah komedi dalam Alkitab tadi maksudnya kisah yang juga bermotif alur komedi.
Nah, apa itu motif alur komedi? Motif alur komedi adalah sebuah alur berkisah, dimana gerakan ke atas dari keadaan yang kurang baik dalam sebuah cerita, bergerak menuju keadaan akhir yang lebih baik.
Atau bisa dikatakan cerita tentang akhir yang bahagia, dimana alurnya berisi serangkaian masalah, derita, kesulitan atau rintangan yang harus diatasi sebagai jalan menuju akhir bahagia itu.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 terjadi kelangkaan minyak goreng, hilang dari pasaran bak ditelan bumi. Akibatnya usaha keripik tempe milik Abdi yang tengah bagus berkembang, terkena imbasnya. Produksinya terganggu karena sulit mendapatkan minyak goreng.
Upaya bertahan pun dilakukan, jumlah produksi dikurangi, akibatnya keuntungan pun makin kecil didapat. Terus berupaya bertahan namun kondisi tak jua kunjung membaik. Usahanya bak pepatah, hidup segan mati tak mau. Kondisi makin sulit. Abdi berpikir untuk menutup usahanya.
Namun terjadi keajaiban, masalah hilangnya minyak goreng dari pasaran ditemukan. Rupanya ada produsen minyak goreng yang nakal, sengaja menimbunnya demi meraup untung besar.
Akhirnya, peredaran minyak goreng kembali normal. Kondisi itu disambut sukacita Abdi, semangatnya bekerja bangkit. Seiring kenaikan kembali jumlah produksi, keuntungan usaha Abdi semakin naik. Kini ia pun bahagia jadi pengusaha keripik tempe yang sukses.
Kisah sebelumnya adalah contoh cerita bermotif alur komedi. Nampak sebuah alur komedi yang sering diidenfikasi berbetuk hurup U. Yang turun berpotensi menjadi tragedi, yaitu: kelangkaan minyak goreng, penurunan jumlah produksi, usaha yang hampir tutup. Lalu naik lagi kearah akhir bahagia ketika rintangan-rintangan berhasil diatasi, yaitu; tetap bertahan, kurangi jumlah produksi, masalah ditemukan, semangat bekerja bangkit.
Bisa dikatakan, alur keseluruhan Alkitab adalah alur komedi berbentuk hurup U. Ceritanya berawal dengan dunia yang sempurna, didiami oleh orang-orang yang sempurna. Cerita kemudian menurun ke dalam sejarah kejatuhan manusia dalam dosa yang menyedihkan dan penuh penderitaan. Cerita lalu berakhir dengan dunia yang baru, yang bahagia dimana kejahatan ditaklukan. Penderitaan disingkirkan.
Kisah akhir yang bahagia itu diceritakan dengan apik dalam kitab Wahyu. Ketika sang pahlawan yang mengalahkan kejahatan (Yesus) menikahi seorang pengantin perempuan (orang yang percaya/gereja) dan mereka hidup bahagia sampai selama-lamanya dalam sebuah istana yang berkilauan batu-batu permata.
Dalam kesuluruhan Alkitab banyak pula kisah hidup tokoh didalamnya bermotif alur hurup U atau komedi mengisinya. Salah satunya kisah kehidupan Tuhan Yesus.
Diawali dengan cerita kelahiran yang indah, disambut nyanyian megah para malaikat. Lalu menjalani masa hidup luar biasa. Melayani dengan keagungan kasih dan kuasa Nya. Kisahnya lalu menukik turun tajam di jalan tragedy, Ia alami derita akibat kejahatan dunia di jalan salib kematian Nya!
Di jalan tragedi itu Yesus berjuang melawan rintangan. Ia melawan ketakutan yang membuat Nya hampir menyerah di tengah jalan, Ia berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada Ku, tetapi bukanlah kehendak Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Luk. 22:42). Yesus taat pada kehendak Bapa-Nya. Lalu di puncak derita itu Ia memasrahkan diri kepada Bapa Nya. Tertulis, "Ya Bapa ke dalam tangan Mu Kuserahkan nyawa Ku." (Luk. 23:46)
Akhir dari jalan tragedi itu Yesus bangkit. Ia menang! Kemanangan Nya tak hanya memberi manusia kemenangan atas dosa, namun juga jaminan kemenangan atas semua derita dan tragedi di jalan hidup yang dilaluinya. Sungguh sebuah akhir yang indah.
Untuk apa Alkitab didominasi kisah bermotif alur komedi? Apakah hanya sebuah kebetulan? Tentu tidak! Tuhan sebagai penulis utama Alkitab bermaksud menunjukkan melaluinya, inilah normalnya alur kisah hidup manusia.
Alur kisah hidup manusia tak selalu terbang tinggi, bagai rajawali membumbung di atas badai hidup. Terkadang ia terjun bebas. Terjerembab dalam derita tragedi kehidupan. Alur hidup itu normal. Tak perlu risau. Itu manusiawi!
Namun saat kita berada di lembah derita kehidupan, dengannya Tuhan bermaksud mengingatkan bagaimana cara menghadapinya.
Caranya? Llihatlah! Belajarlah dari banyak kisah hidup bertragedi dalam Alkitab terutama Yesus. Teladanilah! Lalu, taat dan berseralah pada Tuhan. Percaya dan berharaplah pada kemenangan Yesus di salib atas dosa dan derita kehidupan. Sebab kemenangan Nya juga menjadi kemengan kita yang percaya pada Nya. Dengan cara demikian niscaya hidup kembali bangkit dan berakhir indah, Bahagia!
Anda pasti pernah dengar lagu pop Indonesia berjudul, "Esokkan Masih Ada". Lagu itu beralur kisah komedi. Coba dengar tragedinya: "Hidup ini sangat berat!" Lalu sarannya: "Cobalah tinggalkan sejenak anganmu!" Maka akhirnya: "Esokkan masih ada!" Masih ada harapan yang lebih baik!
Mungkin kita perlu menyanyikan lagu tadi sewaktu-waktu, sambil merenung bahwa derita atau kesulitan hidup apapun yang dialami selalu ada akhir yang baik tergantung bagaimana kita menjalaninya. Semogah berkenan![]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H