Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jarot Wijarnako: Pengalaman dan Manfaat Menulis!

28 Februari 2024   00:51 Diperbarui: 28 Februari 2024   09:47 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maka saya punya tugas menulis 200 buku selama hidup, sekarang baru terealisir 66 buku."

Pernyataan itu mengalir deras keluar dari mulut seorang Jarot Wijarnako di saat menyampaikan materi bertema, "Mendidik Anak Dalam Bermisi."

Siapa Jarot Wijarnako? Dr. Jarot Wijarnako adalah pendiri dari Keluarga Indonesia Bahagia Pola Hidup Sehat, sebuah lembaga pelayanan publik yang bergerak dalam upaya pembinaan keluarga di Indonesia.

Jarot Wijarnako dikenal luas sebagai seorang pembicara seminar keluarga termasuk dalam soal parenting di Indonesia. Beliau dikenal juga sebagai seorang penulis buku produktif. Buku-bukunya membahas seputar keberadaan keluarga termasuk soal parenting.

Buku-buku yang lahir dari buah pemikiran Jarot, seperti: Mendidik Anak Dengan Hati, Multiple Intellegences, Father & Sons, Menjadikan Anak Juara Kehidupan, Pemulihan Orang Tua Anak, Visi Pelayanan Anak, dan masih banyak bukunya yang lain, ditulis sendiri juga bersama penulis lain.

Senang rasanya sebagai orang yang sempat belajar dari buku-bukunya seputar topik parenting anak, bisa bertemu dengannya dalam acara Family Conference 2024 yang diadakan oleh Alpha Indonesia, Senin, 26/02/2024, jam 09.00 - 18.00 Wib, di MDC Jakarta, Wisma 76, Slipi, Jakarta Barat. Dalam acara itu ia menjadi salah seorang narasumber.

Pernyataan Jarot di awal tulisan ini menarik perhatian saya saat mengikuti pemaparan materinya. Luar biasa ambisinya dalam menulis. Sepintas nampak bagai sebuah ambisi yang muluk. Menulis 200 buku! "Apa mungkin?" begitu suara di benak saya.

Namun pintasan kesan tadi seakan teranulir bila melihat tekad dan upaya kerasnya dalam menulis hingga telah menghasilkan 66 buah buku sejauh ini. Diakuinya saat  ini ia sedang menyelesaikan penulisan 3 buah buku.

Daya tarik pernyataan itu memunculkan ide yang mendorong saya untuk mendekati dan menanyakan beberapa pertanyaan padanya soal bagaimana perspektif dan upayanya dalam menulis buku.

Tujuan saya jelas, saya melihat peluang mendapatkan bahan untuk menulis sebuah artikel. Ide yang muncul itu bahkan mengusulkan sebuah topik tulisan artikel tentang soal penulisan menurut seorang Jarot Wijarnako.

"Wah, keren!" pikir saya.

Sayang, padatnya kegiatan dan waktu yang terbatas dalam acara itu tak mengizinkan untuk mewawancarainya. Kesempatan saya dapatkan hanya untuk foto bersamanya. Ya, mendinglah. Masih bisa bermanfaat dipajang di artikel ini, haha.

Rupanya ide yang muncul kemarin itu tak habis akal. Tak kurang dayanya. Ia mendesak untuk merealisasikan tulisan dengan topik yang sama hari ini. Ia bahkan memunculkan ide bagaimana mewujud topik itu dalam sebuah tulisan.

Berbekal nasihat klasik dari para guru pelatihan menulis, bahwa ide yang muncul di kepala jangan dibiarkan lewat tanpa di"apa-apa"kan atau ditindaklanjuti, kalau tak ingin ia dibawah pergi menghilang oleh sang waktu, maka saya buru-buru meng"apa-apa"kan ide itu, haha.

"Bagaimana caranya?" mungkin Anda bertanya.

Begini, sebelum acara seminar berlangsung saya sempat membeli 2 buah buku dari penulis Jarot Wijarnako pada stand penjualan buku yang disediakan panita acara. Salah satu buku berjudul, "Maksimalkan Otak Anak Anda", terbitan tahun 2018

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Salah satu bab buku itu bertitel Linguistic Intelligence. Dalam bagian itu dibahas salah satu aspek dari kecerdasan bahasa yaitu suka menulis (halaman 67-69). Di sini Jarot mengkisahkan pengalamannya dalam menulis sebagai bagian dari kecerdasan berbahasa dan bagaimana manfaat menulis bagi orang tua dan anak.

Ide yang tak habis akal, tak kurang daya itu lalu mendorong saya berimajinasi seakan sedang mewawancarai seorang Jarot Wijarnako. Semua jawaban atas pertanyaan saya dijawab Jarot dalam bahasan bukunya pada halaman 67-69 tadi yang saya cuplik.

Berikut hasil wawancara imajiner saya dengan Jarot Wijarnako saya bagikan di sini seputar pengalaman dan manfaat menulis menurutnya.

 Awal Mula Bisa Menulis

Menulis sebagaimana dipahami bukan karena sebelumnya seseorang memiliki bakat alamiah untuk menulis. Inilah yang dikemukakan Jarot awal menanggapi pertanyaan, bagaimana awal mula ia bisa menulis.

"Ini bukan soal 'bakat', ini sesuatu yang bisa dilatih, jika ada kemauan. Kecerdasan manulis bisa ditingkatkan, asal dilatih." Demikian penegasan Jarot tentang kemampuan awal menulisnya.

Awal mula ia  bisa menulis dilihatnya sebagai hal menarik. Sebagai mana diakuinya, jangankan menulis buku menulis agenda atau apa yang harus dia lakukan tiap hari tidak pernah. Kondisi itu diperparah dengan 90% tempramen dasarnya yang sanguins, pelupa, lebih suka berbicara dan tidak suka menulis.

Lalu bagaimana ia bisa menulis? Ungkapnya, "Ketika saya membaca biografi para tokoh, bagaimana mereka mulai dikenal lewat menulis di surat kabat, tabloid, majalah dan media lainnya, maka sayapun mulai melatih diri saya senang menulis. Saya melatih, karena awalnya saya orang yang suka berbicara dari pada menulis", demikian ungkap Jarot.

Dari hal menarik pengalaman awal Jarot bisa menulis, ternyata memiliki kemiripan dengan banyak kita, dan jawabannya mengapa ia kemudian bisa, itu karena keseriusannya berlatih menulis.

Bahan Bakar Atau Dorongan Untuk Menulis

Banyak orang memiliki berbagai macam pendorong untuk terus bisa menulis, Jarot berupaya menemukan apa yang dikatakannya kesenangan-kesenangan di dalam menulis, menjadi pendorong atau bahan bakar untuk terus berkarya tulis.

Menurutnya hal demikian seperti: Menulis di facebook dan senang ketika disukai dan dikomentari banyak orang. Atau menulis buku dan orang meresponi, bahwa mendapat pencerahan. Hal demikian menjadikannya merasa senang karena telah bermafaat bagi orang lain.

Tak hanya keuntungan berbentuk cuan yang didapatnya dari menulis buku sebagaimana diakuinya, namun kesenangan melihat orang terberkati melalui tulisan-tulisannya itulah pendorong utamanya dalam menulis. Semogah ini juga menjadi pendorong utma kita dalam menulis.

Manfaat Dari Menulis

Bagi seorang anak dengan senang menulis, menurut Jarot, akan lebih maksimal dalam pekerjaannnya, karena banyak jenis pekerjaan akan menjadi lebih produktif ketika disertai kemampuan dan kesukaan menulis.

"Kesenangan menulis seorang anak bisa dilatih, dengan demikian kelak ia bisa menjadi seorang yang lebih berarti dan berguna dalam hidupnya dan menjadi lebih berhasil." Demikian ditambahkan Jarot.

Bagi orang tua menulis bermanfaat sebagaimana diungkapkannya, "Mengembangkan keahlian memilih kata-kata yang tepat, sehingga bisa menjadi pemimpin yang efektif, motivator handal, dan orang tua yang komunikatif."

Masih bagi orang tua, menurut Jarot, menulis membuat mereka terbiasa lebih runut, sistematis dan membangun sebuah kerangka pikir yang terstrukktur saat hadapi masaalah atau keadaan.

***

Demikian hasil wawancara imajiner saya bersama Jarot Wijarnako, harapan saya ada pelajaran dan hikmah bisa dipetik dari penuturannya.

Semogah sebagai kompasianer kita termotivasi untuk terus menulis dan berdampak positif lewat tulisan kita bagi kemaslahatan. Semogah![]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun