Aku bersyukur pada Mu
Tapi ketika aku tidak dapat melihatpun
Aku tetap setia membaca Firman Mu
Dan memakai cincin perkawinanku
Membaca pauisi itu sesuatu menari di benak, mengajak mendalami makna puisi itu dalam diam. Saya lalu menemukan dua bentuk kesetiaan kawin didalamnya.
Pertama, kesetiaan oma Sumiatun pada mendiang suaminya. Gambaran kesetiaan hubungan suami-istri. Harusnya berlangsung sepanjang hayat. Tak sebatas masa indah lalu menghilang diterpa angin susah.
Kedua, kesetiaan oma Sumiatun pada Tuhan. Gambaran setia ciptaan pada Penciptanya. Menerima, bersyukur sekalipun kenyataan tak seindah harap. Dan cinta membaca Firman-Nya sejenis petunjuk setianya pada Sang Maha Segalanya.
Kedua, bentuk kesetiaan itu menyatu. "Aku tetap setia membaca Firman Mu," dan "Dan memakai cincin perkawinanku". Seperti mengingatkan bahwa kesetiaan seseorang pada pasangannya bergantung setiaannya pada Tuhannya!"
Ya, sejatinya kesetiaan pada Pencipta memengaruhi setia pada ciptaan dalam relasi setara!
16 Januari 2012, setahun berselang, saya berkunjung kembali ke panti itu. Kembali menemuinya karena rindu mendengar ceritanya. Ia nampak kian sepuh, namun tak hilang semangat dan antusiasnya.