Berbentuk sebuah buku diary perjalanan dengan sentuhan gaya jurnalistik sejarah. Saat itu, ketika membaca bukunya, Joaquim seperti mengajak saya jalan-jalan mengunjungi beberapa desa di pulau Ambon hari itu melalui bukunya.
Dalam imajinasi saya saat membaca kala itu, suatu ketika kami hendak meninggalkan sebuah desa bernama Hatalai, ada yang menyapa kami: "Amato!" (selamat jalan). Lalu kami balas: "Amato!" (selamat tinggal). Joaquim lalu berkata, "Kamu tahu, kata Amato itu berasal dari bahasa Portugis, amo-te, yang artinya saya cinta padamu. Entah kenapa hari ini, di sini, artinya berubah menjadi 'selamat jalan' dan 'selamat tinggal'."(hlm. 149 dari buku Joaquim)
Hujan di luar outlet buku itu belum juga berhenti namun perenungan saya terhenti. Berakhir dengan dua pengalaman itu terhubung melalui kata Amato. Itu saya maknai bukan sebuah kebetulan
Memang semua yang terjadi dalam hidup ini tak ada yang kebetulan. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan, saya meyakini bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, sebab Tuhan telah mengatur dan menentukan seluruh hidup kita.
Maka apa saja pengalam terjadi dalam hidup kita, baik buruk, suka duka, sebagai orang yang ber-Tuhan tak ada yang kebetulan. Semua sudah diatur-Nya!
Masih tak percaya? Pikirkan ini! Andai saja arti kata Amato tak berubah dari arti awalnya, "aku cinta padamu", maka salam perpisahan saya dan teman polisi di awal menjadi hal aneh.
Ah, benar! Itu Amato yang tak kebetulan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H