Konsep kebebasan menyusun kurikulum sendiri merupakan peluang bagi Aceh yang menerapkan syariat Islam. Penerapan nilai-nilai universal Islam dan kurikulum merdeka sangat relevan. Misalnya siswa diajarkan bersikap jujur, ramah lingkungan, menghormati dan menghargai sesama. Hal itu dapat dilakukan dalam project profil pelajar pancasila.
Nilai-nilai dalam kegiatan itu merupakan integrasi pancasila dan nilai Islam. Tidak ada pertentangan malah saling mendukung. Keserasian antara Islam dan pancasila itu akan memudahkan pelaksanaan kurikulum merdeka di Aceh. Sehingga Aceh harusnya menjadi pelopor implementasi kurikulum merdeka.
Aceh memiliki potensi sebagai pelopor mengingat khazanah Islam dan sejarah. Selain itu, Aceh memiliki potensi alam yang luar biasa. Apabila dinas pendidikan jeli melihat potensi dan peluang, kurikulum merdeka akan melahirkan ilmuwan di berbagai sektor. Â Syariat Islam di Aceh adalah modal utamanya. Ini terkait dengan pelibatan masyarakat dalam kurikulum merdeka.
Islam adalah ajaran yang sangat ilmiah. Itulah mengapa Islam mengharuskan seseorang beribadah dengan ilmu. Artinya iman, ilmu dan amal terintegrasi. Konsep ini sejalan dengan merdeka belajar. Siswa diharapkan memiliki afektif yang baik, kognitif yang bagus dan psikomotorik sebagai implentasi teori yang didapat.
Nilai-nilai yang sejalan antara syariat Islam dan kurikulum merdeka harus direspon pihak dinas dan sekolah. Dinas pendidikan Aceh tidak perlu ragu mengkampanyekan bahwa nilai-nilai Islam dan kurikulum merdeka. Dengan demikian, pihak sekolah akan segera melakukan kerja nyata. Masing-masing sekolah akan menerapkan kurikulum merdeka tanpa melupakan syariat Islam dan sebaliknya.
Langkah selanjutnya, sekolah dapat menyusun kurikulum merdeka sesuai dengan keadaan sekitar. Sekolah melakukan project profil pelajar pancasila. Sekaligus disaat yang sama mengenalkan relevansinya dengan syariat Islam dan teori ilmu pengetahuan. Â
Merdeka belajar sendiri sudah sejak lama dikenal hingga lahir beragam mazhab. Bahkan Imam Syafii mengeluarkan fatwa Madinah dan Mekkah. Ini sejalan dengan visi kurikulum merdeka yang sangat menghargai dan menghormati lokal wisdom. Hal itu semakin menambah keyakinan bahwa kurikulum merdeka akan bersinergi dengan syariat Islam di Aceh.
Murid dan guru diberi kesempatan luas untuk mengembangkan diri. Dalam kurikulum merdeka, minat dan bakat siswa sangat diperhatikan. Sehingga siswa akan nyaman dan serius belajar. Mereka mencintai pelajaran dan belajar dengan cinta. Bila seseorang telah mencintai sesuatu, apapun akan dilakukan. Bila siswa belajar sesuatu yang sesuai minat dan bakatnya, dapat dipastikan ia akan mencintainya.
Kecintannya itu akan memacu rasa ingin tahu yang besar. Biasanya akan dilanjutkan dengan mencari tahu melalui baca dan dengar. Guru sebagai fasilitator akan mudah membimbing dan mengarahkan siswa menuju minat dan bakatnya.
Syariat Islam di Aceh dan kurikulum merdeka adalah dua kekuatan yang saling menguatkan. Menurut saya, poin-poin penting dan subtansi di kurukulum merdeka sangat tepat diimplementasikan di Aceh. Bila dikelola dengan baik dan benar, menurut pandangan saya, Aceh akan menjadi teladan bagi daerah lain. Tentu butuh proses panjang dan pelatihan-pelatihan bagi para pelaksana. Semoga kurikulum merdeka segera diterapkan di negeri syariat Islam, Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H