Bayangkan pula potensi ekonomi rakyat sekitar. Para penjual makanan dan minuman, parkir kendaraan, maupun wisatawan yang hadir ke Aceh. Itu baru gambaran sederhana kebermanfaatan bioskop bagi rakyat Aceh. Di tengah inflasi dan krisis ekonomi, pemerintah Aceh harus lebih kreatif menghadirkan investor sekaligus meningkatkan pendapatan rakyat Aceh.
Apalagi saat ini Aceh sudah memiliki ISBI dengan 2 jurusan, yaitu Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dan Desain. Seni Pertunjukan memiliki Program Studi, yaitu: Seni Tari, Seni Karawitan, dan Seni Teater. Akan lahir sineas berkualitas dari perguruan tinggi tersebut.Â
Mereka butuh bioskop untuk menampilkan karya seni mereka. Bioskop akan sangat membantu para lulusan ISBI untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
Pemerintah Aceh harus segera membuka cakrawala berpikir dilanjutkan eksekusi. Sudah saatnya Aceh melakukan terobosan tanpa melanggar adat, norma dan syariat Islam. Sejatinya itu mudah dilakukan selama ada kemauan yang kuat dari semua pihak. Terutama pemerintah Aceh.
Sebagai pertimbangan, Aceh kerap melakukan konser artis ibu kota. Menghadirkan puluhan penonton, semua berjalan tertib dan aman. Hal itu dapat menjadi barometer bahwa bioskop terbilang lebih sedikit penontonnya dibandingkan konser. Itu artinya, pelarangan bioskop dengan stigma negatifnya bukan alasan yang benar namun pembenaran.
Pembenaran yang wajib ditolak akal sehat. Sehingga keberadaan bioskop di Aceh jangan sampai terhalangi oleh logic fallacy. Tentu saja akan merugikan Aceh ke depannya. Karena ekonomi kreatif adalah solusi bagi inflansi dan krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Bayangkan bila para sineas dari luar Aceh ingin membuat film dan memutarnya di Aceh. Bukan mustahil Aceh yang memiliki objek wisata, kaya akan seni dan budaya akan menjadi hollywod baru. Who's knows.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H