Namun dengan ucapan-ucapan Anda yang 'ngawur', peluang Anda kini tertutup sudah. Sebagai intelektual yang pendapatnya didengar, Mahfud MD harusnya banyak berjaga. Termasuk menjaga lisannya.
Konflik di negara ini banyak disebabkan lisan yang tak terjaga. Kasus Ahok, misalnya, atau kasus-kasus lainnya. Tokoh publik harusnya bicara yang meneduhkan, bukan menggunakan konotasi tuduhan.
Banyaklah berzikir ketimbang menuduh. Banyaklah memberi motivasi sehingga menjadi motivator, bukan menjadi provokator. Jangan terlalu sering membela penguasa. Anda terlalu sering diam ketika anak bangsa ditembak.
Pada saat dibutuhkan bicara, Anda malah diam. Sementara di saat diharuskan akan diam malah bicara dengan narasi tuduhan. Makin jelas ke mana arah politik Mahfud MD, makin tampak pula ia tak patut dijadikan teladan.
Demi masa depan bangsa dan negara, Mahfud MD sudah saatnya banyak diam. Jika ingin bicara, sebaiknya dengan data, bukan emosional. Jika tokoh publik tak lagi rasional, maka hilang sudah rasional awam pada umumnya. Akhirnya, kekerasan dijadikan solusi, padahal itu sangat tidak kita inginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H