Debat keempat pilpres akan menyajikan topik yang cukup aktual. Misalnya isu terorisme yang erat kaitannya dengan ideologi dan keamanan nasional maupun internasional. Debat nantinya juga akan singgah pada interaksi Indonesia di dunia internasional.Â
Kedua capres pastinya bakal menyajikan paparan yang populis meski jauh panggang dari api. Sebelumnya dalam kebijakan ekonomi isu terpopuler soal mengatasi pengangguran dengan kartu pra-kerja. Meski beberapa hari kemudian wapres Jusuf Kalla malah meragukan keuangan negara untuk melaksanakan hal tersebut.
Begitulah politisi kita saat berjanji, lebih mengutamakan elektabilitas ketimbang rasionalitas. Dalam keempat nanti kita bakal pula disajikan hal yang sama. Misalnya kenaikan gaji TNI/Polri, pembelian alat, regulasi deradikalisasi, serta janji-janji lainnya. Wajar saja dan halal dalam politik untuk berjanji. Harapan memang salah satu energi penggerak.
Tanpa harapan sulit menggerakan manusia. Dalam ibadah misalnya, andai Tuhan tidak memberikan harapan syurga dan konsekuensi berupa neraka, sulit dan enggan manusia beribadah kepadaNya.
Demikian halnya dengan politik. Harapan dan ancaman bersamaan disemai dalam otak pemilih. Kalau pilih A maka orba bakal bangkit lagi, kalau pilih B maka orba dibenam dan dapat kemudahan-kemudahan serta jaminan ini itu. Malah ada capres yang sedang menjabat yang total janjinya lebih banyak ketimbang yang belum menjabat.
Logikanya, yang belum menjabat memang hanya bisa berjanji. Sayangnya yang sedang menjabat dan bisa berbuat malah kebanyakan janji. Dalam debat keempat nanti kita berharap tidak terjadi lagi. Dalam pandangan saya, seseorang yang sedang menjabat dan kembali nyalon tidak perlu banyak berjanji. Pasalnya ia sudah diberi kesempatan, beda bila belum menjabat.Â
Bukan tidak boleh janji namun sebaiknya lunasi dulu janji-janji sebelumnya. Dengan demikian akan terhindar dari munafik. Lalu bagaimana prediksi debat keempat?
Bila melihat materinya, debat akan berimbang. Jawaban-jawaban capres masih normatif, maklum sudah dekat dengan hari pencoblosan. Jokowi sebagai petahana pastilah akan menguraikan hal-hal yang menurut dirinya prestasi. Misalnya keberhasilan Polri dalam menangkap dan menembak tersangka teroris. Walaupun bagi yang waras itu bukan prestasi namun kebajikan negara yang dikomandoi Presiden dan dieksekusi Polri.
Padahal masyarakat butuh lebih dari itu. Jokowi juga bakal memaparkan keberhasilan didunia internasional. Meski subjektif, namun dalam politik hal itu bisa berguna mempengaruhi pemilih. Misalnya peran Indonesia dalam konflik Rakhine, Palestina akan menjadi bahan pemaparan Jokowi dalam debat selanjutnya.Â
Sementara Prabowo sebagai penantang dan berlatar belakang militer, menurut saya akan 'merayu' TNI/Polri dengan kesejahteraan. Jokowi bisa jadi akan langsung merealisasikannya dengan kenaikan gaji bulan depan. Ambil contoh rencana kenaikan gaji bagi PNS.Â