Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi Bakal Unggul Lagi?

29 Maret 2019   17:55 Diperbarui: 29 Maret 2019   18:05 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)/antara

Debat keempat pilpres akan menyajikan topik yang cukup aktual. Misalnya isu terorisme yang erat kaitannya dengan ideologi dan keamanan nasional maupun internasional. Debat nantinya juga akan singgah pada interaksi Indonesia di dunia internasional. 

Kedua capres pastinya bakal menyajikan paparan yang populis meski jauh panggang dari api. Sebelumnya dalam kebijakan ekonomi isu terpopuler soal mengatasi pengangguran dengan kartu pra-kerja. Meski beberapa hari kemudian wapres Jusuf Kalla malah meragukan keuangan negara untuk melaksanakan hal tersebut.

Begitulah politisi kita saat berjanji, lebih mengutamakan elektabilitas ketimbang rasionalitas. Dalam keempat nanti kita bakal pula disajikan hal yang sama. Misalnya kenaikan gaji TNI/Polri, pembelian alat, regulasi deradikalisasi, serta janji-janji lainnya. Wajar saja dan halal dalam politik untuk berjanji. Harapan memang salah satu energi penggerak.

Tanpa harapan sulit menggerakan manusia. Dalam ibadah misalnya, andai Tuhan tidak memberikan harapan syurga dan konsekuensi berupa neraka, sulit dan enggan manusia beribadah kepadaNya.

Demikian halnya dengan politik. Harapan dan ancaman bersamaan disemai dalam otak pemilih. Kalau pilih A maka orba bakal bangkit lagi, kalau pilih B maka orba dibenam dan dapat kemudahan-kemudahan serta jaminan ini itu. Malah ada capres yang sedang menjabat yang total janjinya lebih banyak ketimbang yang belum menjabat.

Logikanya, yang belum menjabat memang hanya bisa berjanji. Sayangnya yang sedang menjabat dan bisa berbuat malah kebanyakan janji. Dalam debat keempat nanti kita berharap tidak terjadi lagi. Dalam pandangan saya, seseorang yang sedang menjabat dan kembali nyalon tidak perlu banyak berjanji. Pasalnya ia sudah diberi kesempatan, beda bila belum menjabat. 

Bukan tidak boleh janji namun sebaiknya lunasi dulu janji-janji sebelumnya. Dengan demikian akan terhindar dari munafik. Lalu bagaimana prediksi debat keempat?

Bila melihat materinya, debat akan berimbang. Jawaban-jawaban capres masih normatif, maklum sudah dekat dengan hari pencoblosan. Jokowi sebagai petahana pastilah akan menguraikan hal-hal yang menurut dirinya prestasi. Misalnya keberhasilan Polri dalam menangkap dan menembak tersangka teroris. Walaupun bagi yang waras itu bukan prestasi namun kebajikan negara yang dikomandoi Presiden dan dieksekusi Polri.

Padahal masyarakat butuh lebih dari itu. Jokowi juga bakal memaparkan keberhasilan didunia internasional. Meski subjektif, namun dalam politik hal itu bisa berguna mempengaruhi pemilih. Misalnya peran Indonesia dalam konflik Rakhine, Palestina akan menjadi bahan pemaparan Jokowi dalam debat selanjutnya. 

Sementara Prabowo sebagai penantang dan berlatar belakang militer, menurut saya akan 'merayu' TNI/Polri dengan kesejahteraan. Jokowi bisa jadi akan langsung merealisasikannya dengan kenaikan gaji bulan depan. Ambil contoh rencana kenaikan gaji bagi PNS. 

Menjadi menarik bila kedua capres berani mengatakan bahwa rekrutmen TNI/Polri bebas suap. Selain itu, pengangkatan KASAD, KASAU, KASAL, dan Panglima TNI maupun kapolri berdasarkan kapasitas bukan berdasarkan like-dislike. Kita masih ingat kasus Budi Gunawan yang diajukan Jokowi ternyata rekeningnya gendut. Tampak bahwa Jokowi kurang teliti atau memang tak peduli sehingga mengajukan Budi Gunawan yang sekarang menjadi Kepala BIN.

Menurut saya, kedua capres juga harus memastikan kebebasan rakyat berjenggot. Selama ini kecurigaan atas manusia berjenggot berlebihan. Terkait hal ini, BIN harus direformasi. Mereka sudah saatnya menjadi alat negara yang cerdas, mereka mampu memberi masukan kepada Presiden terkait langkah ekonomi. Negara-negara maju menjadikan intelijen negara sebagai alat pengumpul data yang valid.

Selama ini BIN hanya sibuk mengintelin rakyatnya sendiri. Mulai dari ngintelin manusia berjenggot hingga mesjid-mesjid. Mereka lupa, kalau alat negara membuat rakyat takut berarti alat negara menjadi penebar teror atau teroris. Bagaimana kemudian Presiden kedepan menjadikan alat negara sebagai badan professional. Itulah yang ingin didengar pemilih dalam debat capres selanjutnya.

Bagaimana meningkatkan kualitas SDM BIN kita. Menurut saya, bila BIN bekerja sesuai dengan tupoksi dengan ilmu, maka kasus korupsi bisa dicegah. Kasus-kasus korupsi akan cepat terbongkar. Selain itu, bila BIN bekerja dengan benar, kasus teroris dapat mudah dicegah kecuali BIN ikut meramaikan. 

Aneh bila kasus Novel Baswedan tak terselesaikan hingga hari ini. Kasus ini menjadi bukti kuat gagalnya Jokowi memperbaiki kualitas alat negara, apapun alasan Jokowi ia telah gagal memastikan keadilan dihadirkan negara.

Lalu bagaimana hasil debat keempat? Bila Prabowo berhasil meyakinkan pemilih kasus Novel bentuk kegagalan Jokowi, ia berpeluang menang. Namun bila Jokowi kembali menyalahkan polri, tentu debat akan berakhir draw. Jokowi bisa saja menang debat kalau ia mampu menjadikan kewajiban sebagai prestasinya. Selamat menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun