Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Berkampanye untuk Jokowi

11 Maret 2019   15:30 Diperbarui: 11 Maret 2019   15:41 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok memang politisi sejati gaya Machiavelli. Baginya, semua harus ikut keinginannya atau good bye.

Karenanya, mengharapkan Ahok mau berkampanye untuk Jokowi-Ma'ruf sepertinya sia-sia. Tidak ada keuntungan secara politik; malah sebaliknya, merugikan dirinya. Kecuali deal politik yang ditawarkan Jokowi sesuai dengan keringatnya.

Menurut saya, Ahok bukan tak berani kampanye untuk Jokowi-Ma'ruf, akan tetapi ia enggan. Peran Ahok yang logis dilakukan barangkali hanya mengimbau pendukungnya untuk tidak golput.

Ahok memang dilema, tidak membantu bisa membahayakan Jokowi-Ma'ruf yang butuh dukungan dari pendukungnya; dan membantu malah membangkitkan musuh lamanya di DKI Jakarta. Pilihan ini yang sedang diberikan pada Ahok.

Lalu pilihan mana yang akan dilakukan Ahok? Semua analis sepakat, Ahok sebaiknya membantu di belakang. Tujuannya menghindari kebangkitan musuh lama, dan isu SARA bisa diminimalisasi.

Sejauh ini Jokowi-Ma'ruf telah sukses meminimalisasi isu tersebut. Meski belakangan malah Jokowi-Ma'ruf larut dalam urusan paling Islam. Postingan salat masih mendominasi media sosial, kampanye yang masih jadul menurut saya.

Kampanye capres belum masuk pada substansi. Perdebatan paling Islam masih menjadi andalan. Ibadah dijual sebagai bahan kampanye, padahal bukan itu yang dibutuhkan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia butuh kampanye akal sehat, kampanye yang mengedukasi pemilih.

Narasi ini yang semakin memperburuk Jokowi-Ma'ruf bila menjadikan Ahok sebagai tim kampanye. Meski di sisi lain kita bisa saksikan bagaimana kedua tokoh yang pernah saling berhadapan akhirnya berada dipihak yang sama.

Ahok dan Ma'ruf Amin bisa memberi contoh bagaimana sikap negarawan mereka. Menurut saya, ini poin plus yang bisa direalisasikan. Ahok akan dianalogikan sebagai pemaaf, bahkan hebatnya lagi ia mau membantu orang yang membuat karier politiknya selesai di Jakarta.

Tentu saja butuh perenungan, setidaknya Ahok butuh waktu guna menghabiskan sisa dendamnya. Kalaupun ia tak menyimpannya, setidaknya ia masih menyimpan kecewa. Seharusnya Ahok tak boleh kecewa.

Syarat utama berpolitik ialah siap kecewa; jika tidak siap, jangan berpolitik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun