Masih ada waktu bagi Jokowi kembali pada dirinya sendiri. Jokowi jangan berpikir dan bertindak sebagai oposisi. Ia harusnya menyadari bahwa kini kepala negara, setiap ucapan dan tindakannya akan berimplikasi luas. Jokowi 2019 bukanlah Jokowi pada pilpres 2014 yang saat itu bukan kepala negara. Itu artinya tidak boleh sama dahulu dan sekarang.
Jokowi sekarang tidak boleh asal serang karena sudah diberi kesempatan berbuat. Jokowi harusnya lebih mengedepankan nilai-nilai kenegarawan. Meski sulit memisahkan kedua posisi tersebut. Seharusnya Jokowi tak perlu galau berlebihan dengan stagnansi elektabilitas.
Pilpres memang tak lama lagi, bukan berarti Jokowi boleh menghalalkan segala cara agar menang lagi. Malah dengan capaian selama ini Jokowi tak perlu risau bahkan tak perlu kampanye. Jokowi sudah pasti menang, namun blunder pada debat kedua sedikit memengaruhi elektabilitasnya.
Di beberapa media online, sudah saya tuliskan bahwa Jokowi bakal menang. Bahkan bila lawan nyapresnya para Imam Mazhab sekalipun, saya yakin Jokowi bakal menang. Mustahil Jokowi kalah dengan segala fasilitas yang dimiliki.
Namun bila Jokowi mulai senang-menyerang personal lawan politik, saya mulai tak yakin. Debat kedua seolah memberi tanda lain, Jokowi mulai galau bahkan panik.
Jokowi harus back to track, kembali ke jati dirinya. Kalah dan menang dalam proses demokrasi dan kompetisi hal yang wajar. Jangan mengorbankan nilai kebaikan dalam diri demi kekuasaan. Bukankah Jokowi bukan sosok haus jabatan?
Saatnya bersih-bersih dilakukan Jokowi. Banyak penjilat di sekitar Jokowi yang harus dibasmi. Jokowi harus merdeka. Jangan mau dijadikan 'boneka' bohir politik dan segelintir penjilat.
Kegalauan Jokowi diawali mereka yang hanya memanfaatkan Jokowi. Lihat saja parpol baru yang katanya mendukung Jokowi tetapi sering off-side.
Jokowi harus diselamatkan dari mereka, sehingga hilanglah galau dan panik. Karena bila galau terus terjadi dalam diri Jokowi, bukan mustahil kekalahan yang didapat.
Jokowi seperti sedang sendiri. Tim kemenangan tak banyak berperan, bahkan terkesan hanya memanfaatkan momen. Megawati, Surya Paloh, dan deretan elite pendukung Jokowi tak banyak membantu.
Jokowi sangat galau dengan menurunnya militansi para pendukungnya. Mereka yang dahulu habis-habisan, kini lebih banyak di balik meja. Maklum, rata-rata sudah menjadi komisaris BUMN maupun jabatan basah lainnya. Faktor ini yang membuat mereka enggan lagi berkeringat.