Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sandiwara Politik Amien-Jokowi

21 Maret 2018   13:46 Diperbarui: 21 Maret 2018   13:52 7746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritik nyaring yang disampaikan Amien Rais dalam sebuah forum yang digagas Ratna Sarumpaet sebenarnya biasa saja. Bahkan kritik tersebut bermanfaat bagi Joko Widodo sebagai seorang Presiden, hanya saja bawahannya yang tak paham dengan visi dan misi pemerintahannya. Joko Widodo selalu mengatakan kerja, kerja dan kerja bukan merespon kritik dengan ancaman.


Dalam hal ini tampak bahwa Luhut Binsar Pandjaitan maupun PSI (Partai Solidaritas Indonesia) tak paham makna revolusi mental yang selama ini menjadi jargon Joko Widodo. Respon mereka sangat tidak sejalan dengan jargon Joko Widodo bahkan terkesan cari muka pada Joko Widodo, sungguh kasihan.

Kalau kita teliti tanpa tendesius memperhatikan kritik Amien Rais adalah sebuah peringatan sekaligus nasehat kepada pemerintah. Tujuannya jelas untuk kebaikan, pemerintah diharapkan tidak melalukan apa yang dikritisi Amien Rais. Itulah mengapa pentingnya opisisi dalam sebuah negara demokrasi.

Bila kritik Amien Rais tidak terbukti dengan sendirinya elektabilitas Joko Widodo akan semakin baik menjelang pilpres 2019. Bahkan kritik Amien Rais dapat dikatakan sebagai cara Amien Rais meningkatkan elektabilitas Joko Widodo. Harapannya menjadikan Zulkifli Hasan menjadi cawapresnya Joko Widodo.

Publik bahkan para pendukung Joko Widodo sepertinya tidak paham dengan sandiwara politik yang sedang dimainkan Joko Widodo dan Amien Rais. Padahal Amien memang gemar melakukan sandiwara politik seperti yang dilakukan saat SBY menjadi Presiden.

Pada saat SBY menjadi Presiden, Amien kerap kali melakukan kritik pedas nan menghujam namun disaat yang sama partainya sangat mesra dengan partai demokrat. Amien sukses membesarkan kadernya walaupun ia kemudian dihujat oleh pendukung SBY habis-habisan. Kini Amien melakukan langkah yang sama pada Joko Widodo.

Lihatlah bagaimana Joko Widodo merespon ucapan Amien Rais, Joko Widodo menganggap biasa saja. Itu artinya kedua sudah saling paham, sudah mengerti dengan naskah masing-masing, serta peran diatas panggung. Penonton seperti PSI maupun LBP yang tidak tahu skenario bereaksi berlebihan.

Para aktivis oposisi sekalipun tampak nyaman dengan Amien Rais, dan puncaknya pertemuan Joko Widodo dan Amien Rais akan terjadi. Dalam sebuah drama kelas tinggi, dengan para pemain senior dan pemegang kekuasaan, para penonton memang sering merespon penuh agitasi bahkan bisa berujung anarkis.

Joko Widodo dan Amien Rais sejauh sudah sukses memainkan drama politik tersebut. Tugas Amien Rais memantau dan duduk bersama para aktivis yang kontra pemerintahan sudah berjalan. Dukungan kepada Amien mengalir bukan hanya dari internal PAN semata. Sementara Joko Widodo tinggal membuktikan ucapan Amien Rais salah besar sehingga elektabilitasnya terus naik.

Harusnya para penonton dapat belajar dari perangai Amien Rais ketika mengkritisi SBY. Harusnya penonton juga belajar dari cara Joko Widodo menghalau kritik terhadapnya selama 4 tahun belakangan ini. Mengapa ketika Amien Rais yang mengkritisi santai saja namun ketika Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet dan tokoh lain malah ditangkap.

Perlakuan berbeda dan cara menghalau kritik yang berbeda pula seharusnya menyadarkan kita semua. Kita jangan terbawa polemik yang akan mengecoh kita semua. Bukan hanya Ahmad Albar yang mengatakan dunia ini panggung sandiwara, Allah Azza Wa Jalla mengingatkan kita dalam surat Muhammad (36) bahwa  Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.

Tentu para pendukung Amien Rais maupun Joko Widodo akan memprotes bahkan menghujat bila dikatakan Amien Rais dan Joko Widodo sedang bersandiwara. Mereka tak terima bahkan menyatakan teori itu tak berdasar, tak logis, serta bantahan-bantahan lainnya. Silahkan membantah bahkan menghujat, toh kenyataan politik mengatakan tidak ada konflik yang benar-benar ada dikalangan elit kita.

Lihat saja mereka yang dahulu begitu bersemangat menuding orde baru sekarang malah memuja, lihat pula mereka yang benci orde lama sekarang menggunakan jargon-jargon orde lama. Menariknya lagi, perubahan sikap dan respon tersebut terjadi dengan singkat tanpa penelitian mendalam. Benar bahwa selalu ada campur tangan Asing dalam konflik politik di Indonesia.

Kalau kita kilas balik sejarah ditembaknya Kennedy dan jatuhnya rezim Soekarno, bukan mustahil ada konspirasi internasional untuk meredam kedua sahabat tersebut. Komitmen keduanya membahayakan para pemodal pada saat itu, demikian pula yang terjadi pada Indonesia diperiode setelah era Soekarno. Amien Rais dan Joko Widodo sedang berperan dengan apik, kita tak boleh terkecoh.

Kita juga berharap, para aktivis penjaga kebenaran tidak mudah terbawa arus permainan tingkat tinggi. Seperti dalam sebuah permainan catur, harus ada yang dikorbankan demi memenangkan sebuah permainan. Jangan habiskan energi bangsa ini untuk sebuah sandiwara politik, rakyat Indonesia harus melek politik sehingga tidak menjadi objek politik semata.

Ada anggapan bahwa politik itu kejam, politik itu jahat dan persepsi negatif lainnya padahal prilaku politisi dan politik adalah dua hal yang berbeda. Politisi sangat senang bila rakyat buta politik, tidak peduli politik dan diam saja. Kondisi itu membuat politisi jahat seenaknya menggunakan jabatan dan kekuasaan seenak perutnya. Padahal keputusan-keputusan yang dibuat politisi jahat akan berimbas untuk kita semua.

Mari melek politik, karena politik bukan hanya urusan meraih posisi dilembaga politik maupun pemerintahan. Izin mendirikan bangunan tempat kita ibadah, boleh tidaknya kita beragama, dan hal-hal lain yang kita anggap tidak terkait dengan politik sesungguhnya sangat terkait. Siapa sangka bila suatu hari nanti dilarang mendirikan pesantren, sekolah agama, bahkan dilarang merayakan hari besar agama. Pelarangan dapat dilakukan pemerintah dan pemerintahan merupakan hasil sebuah proses politik.

Saatnya kita cerdas, jangan terkecoh dengan sandiwara politik menjelang pendaftaran capres dan cawapres. Kita harus mampu memahami agar tidak tergoda salah merespon sebuah sandiwara politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun